My Blog List

Friday, September 11, 2015

Popular Hair


POPULAR HAIR

          Aku menatap pantulan diriku di depan cermin kamarku, aku sengaja meminta Mama untuk membelikan kaca yang sepanjang tubuhku, aku harus terus menatap rambutku yang makin lama semakin panjang. Mungkin ini dikarenakan aku yang terlalu mengidolakan kisah Rapunzel yang teramat sangat cantik. Dan dengan bodohnya aku mengikuti seluruh gayanya. Rambut lebatku ini terus aku buat panjang, dan aku rawat sebaik mungkin, aku tidak mau rambut panjang yang kusut, nanti jadinya dikira kuntilanak, ya meskipun yang terjadi padaku memang seperti itu.
          Wajahku juga cukup mendukung sebagai Rapunzel, mataku bulat besar, juga dengan bibir sedikit tebal. Aku bangga, tentu saja, siapa yang tidak bangga bisa mirip dengan Idolanya? Pasti kalian akan bangga jika dikatakan mirip dengan idola kalian, meskipun berlainan kelamin juga pasti akan bangga. Begitupun aku, bahkan kita berbeda dunia, tetapi aku tidak masalah sama sekali, sungguh.
          “Jangan lama-lama nyisir rambutnya, Reno udah nunggu kamu” aku segera menguncir tinggi rambutku, tidak berniat menggerainya begitu saja, yang ada rambutku akan ditarik-tarik jika berpapasan dengan para haterku di sekolah.
          Aku segera berjalan menuruni anak tangga rumahku, menatap Reno yang sedang mengobrol dengan Ibuku. Untungnya Ibuku tidak mengungsikanku ke menara tinggi akibat rambutku yang tak ada ajaib-ajaibnya ini. “Sudah selesai” ujarku riang, Reno menoleh kemudian tersenyum. Aku mencium punggung tangan Ibuku kemudian berjalan menuju halaman rumah bersamaan dengan Reno.
          “kenapa dikuncir, gak mirip Rapunzel dong” ujar Reno saat ia menyodorkan helmnya kepadaku, tanpa memikirkan rambut aku segera memakai helm ini.
          “Bodo amatlah. Gue sebel dikatain kuntilanak, anak-anak sekolah kita gak tau dongeng Rapunzel kali ya. Gak tau kalau rambut gue ini ajaib” aku mendengus sebal saat jawabanku dibalas dengan kekehan renyah milik Reno. Sahabatku yang satu ini sangat mengerti aku, karena dia sudah melihat tanda-tandanya. Dia sudah bersamaku sejak kita masih hobi mandi bareng sampai sekarang jika aku memakai celana selutut akan teriak kesetanan jika dia datang.
          “kalau rambut lo dikuncir gitu, lo malah mirip sama Ariana Grande tahu gak” aku mengkerut bingung dengan perkataannya. Ariana Grande, hello please deh cantikan Rapunzel kemana-mana, keles. Tapi aku tak menolak jika Reno berkata aku lebih mirip dengan Ariana, mungkin aku bisa menambah dia sebagai idolaku. Ah tidak Rapunzel, aku hanya bercanda, maafkan aku.
          “udah buruan jalan deh, udah mau jam 7 tahu!” Reno kembali terkekeh kemudian segera menaiki motor besarnya, menyalakan mesin dan aku segera naiknya, belum aku menginjak pedal motornya, ia sudah menggasnya dengan pelan. Aku segera menarik helmnya. “gue belum naik, bego” dia makin tertawa terbahak saat aku sudah duduk di belakangnya.
          “buruan jalan, gak usah kebanyakan ketawa. Udah kayak mbak kunti aja” ketusku dan Reno segera menjalankan motornya, meskipun masih diiringi dengan kekehan-kekehannya. Masa bodolah.

***

          Aku berjalan memasuki rooftop hotel yang sudah di pesan oleh sekolahku ini, dengan mengenakan gaun ala Rapunzel namun hanya sebatas lutut, aku berjalan masuk ke dalam sana. Menatap desain rooftop ini yang sangat keren. Aku sangat berterimakasih kepada panitia pelaksana acara promnight rutin sekolahku ini. Setelah tahun lalu memilih tema garden, kini panitia memilih tema princess and prince, ya intinya tentang para Disney, dongeng, dan sejenisnya gitu loh. Jadi aku kesini tidak salah kostum. Ada beberapa yang mengenakan gaun Cinderella, Aurora, Snow White, dan sejenisnya, tunggu untuk kostum satu itu benar-benar patut aku anjungi jempol. Mermaid. Putri duyung. Dia pakai kembenan, ya ampun.
          “nice kostum, Key!” aku menegur Keyla yang mengenakan gaun ariel itu diiringi tawaku, bukan mengejek, namun tak menyangka akan keberaniannya memakai kostum itu, Selain karena kembenan, kostum itu juga memiliki buntut dan tanpa kaki, kan. Namun apa yang ia usahakan, ia tetap berjalan dengan kaki, namun terlihat seperti ekor duyung.
          “Yes, have fun with the party, Rapunzel” aku tertawa saat mendengar jawabannya, dia makin menyunggingkan senyumannya dengan nakal. Aku tak peduli, meskipun ia adalah musuh terbesarku, aku harus tetap ramah bukan?
          “Hallo semua…” semua pandangan menatap kearah panggung utama, disana berdiri seorang laki-laki dengan kostum beast pada dongeng beauty and the beast. Meskipun tak seburuk beast dalam dongeng tersebut, namun ia juga tak setampan pangeran dalam dongeng Cinderella.
          “diam disini dan jangan kemana-mana, handphone gue ketinggalan di motor” aku mengangguk dan mengabaikan Reno yang mungkin kini sudah berjalan menjauhiku, meninggaliku ditengah kerumunan siswa SMA 65 Jakarta ini.
          “ada yang bisa menebak, promnight kali ini dipersembahkan untuk siapa?” dalam sekejap, semua mata menatapku dengan tatapan mencemooh. Ya tuhan, ya tuhan, apa yang akan terjadi?
          Kayla, perempuan duyung menyebalkan itu berjalan mendekatiku sambil memegang sebuah gunting di tangan kanannya. Tuhan tolong, jangan biarkan kejadian ini terulang kembali. Demi apapun aku tidak ingin semua orang mencuri rambutku, jika ajaib pun aku tidak akan mengizinkannya, dan pada kenyataannya rambutku sama sekali tidak ajaib, apa yang membuat mereka memperebutkannya.
          “Rapunzel wanna be” aku menoleh ke kiri, mendapati perempuan dengan kostum Mulan –dongen asal cina itu berjalan juga memegang sebuah gunting ditangannya. Reno aku mohon kembali. Aku bukan perempuan cengeng, namun jika ini berurusan dengan rambutku, jangan harap kalian bisa tenang, kawan.
          “kayaknya rambut kalian udah cukup bagus, kenapa harus ngambil rambut gue?” dengan jantung berdetak cepat, aku menatap dua perempuan itu secara bergantian, mereka malah tersenyum miring dan mulai menggerak-gerakan guntingnya tepat di depan wajahku. Ya ampun ya ampun, aku takut, sungguh.
          Dengan spontan aku menoleh ke belakang, aku merasa kuncir rambutku di tarik dengan paksa oleh seseorang dari belakang sana, saat aku menatapnya ternyata itu adalah laki-laki beast yang tadi berbicara di atas panggung kecil yang tersedia di sudut rooftop.
          “Rambutnya bagus, lembut, dan tebal, bisa kita jual” ujar laki-laki yang tidak aku ketahui namanya sambil membelai rambutku. Demi tuhan, aku jijik dengannya.
          “Rambut gue gak ada harganya, sumpah. Gue bukan benar-benar Rapunzel, rambut gue gak ajaib sama sekali” perempuan dengan kostum mulan itu tersenyum remeh padaku. Aku pernah satu kelas dengannya saat kelas 1 SMA, dan hubunganku dengannya cukup tidak baik, memang.
          “kasih guntingnya ke gue, kalian terlalu lama” ujar beast dengan kasar, namun ariel melarangnya dan menggeleng pada beast. “Reno belum bisa diamanin di bawah sana, sampai dia benar-benar aman, baru kita bisa mulai” apa, Reno?
          “Kalian mau apakan Reno?” Aku mencoba berjalan dan menjauhinya, namun apa daya, mereka keburu mengurungku. Semua yang ada disini hanya menatapku, sebagian ada yang merasa kasihan, sebagian lagi ikut menatapku dengan tatapan cemooh. Aku benar-benar tidak tahu, selama aku sekolah disini aku memiliki para haters.
          “Diam disini dan Reno akan aman” aku angkat tangan dan masih menatap orang-orang sarap di hadapanku ini. Aku gak tahu punya salah apa dengan mereka.
          “Gue ada salah, yang mana?” aku kembali bertanya, dan kini dijawab dengan kekehan asal.
          “plagiarist gonna be plagiarism” aku menggeleng tak percaya pada jawaban yang di berikan oleh Mulan.
          “Gue yang plagiat apa urusannya sama kalian. Gue sama sekali gak minta bantuan kalian, kan?”
          “bahkan disaat seperti ini, lo sama sekali gak berniat minta tolong?” aku menatap beast yang masih bersedekap dada di hadapanku, ditemani Ariel dan Mulan wanna be disampingnya.
          “buat apa minta tolong sama sampah sejenis kalian, disini semua sama. Gak seharusnya mereka diam seperti ini, disaat gue diseperti ini kan” jawabanku bukannya membuat mereka mundur, mereka malah menertawakanku lagi dan kini si Ariel mulai mendekatiku.
          “Reno sudah aman, bisa kita mulai” dia menarik ujung rambutku ke hadapan wajahku dan mulai mengarahkan guntingnya kesana. “1 centi atau dua centi bukan masalah, jika kalian memerlukan itu” jawabku kemudian ikut besedekap dada dan membiarkan Ariel dan Mulan menggunting rambutku sedikit demi sedikit.
          Aku tidak benar-benar pasrah, aku ingi menoleh kemudian menarik gunting mereka berdua kemudian menyayat wajahnya. Aku tak sungguh-sungguh memberikan rambutku barang secentipun. Aku melarang itu, namun aku tak akan membiarkan diriku menangis atau menolak, karena itu akan benar-benar membuat mereka semakin merasa berhasil.
          “25 centi bagaimana, nona?” aku menoleh menatap ke bawah, menatap rambutku yang sudah bergerumpul di lantai bawah. Aku menatap tak percaya pada rambutku yang kini hanya tinggal sebatas bahu, aku tak percaya mereka akan benar-benar melakukan ini padaku. Mataku memanas, aku sakit hati dengan ini, aku merasa dilecehkan. Dengan perasaan marah, aku mendorong Ariel kemudian merebut gunting tersebut darinya, mengarahkan gunting itu ke hadapan wajahnya yang kini tersungkur di bawah sana.
          “sebutin gue punya salah apa sama lo, jabarin semuanya. Jika kesalahan gue besar, gue gak akan masalah dengan pelecehan ini. Cepat jelasin!” aku memajukan gunting ini tepat di depan wajahnya, melarangnya untuk berteriak atau bergerak sedikit pun.
          Aku mendengar Mulan dan Beast berteriak disana, diiringi bisikan-bisikan sampah lainnya. Aku tak peduli pada wajahku yang memerah. “jika kalian mendekat, gue bakal benar-benar menusukan gunting ini ke matanya” aku menatap Ariel yang kini menatap teman-temannya dengan tatapan memohon untuk tidak bergerak.
          Rambut yang aku rawat dengan sangat lama, kini hilang begitu saja, belum perawatan yang aku jalankan benar-benar menyita semuanya. Dan aku tidak tahu apa yang aku sita dari mereka, sehingga dengan mudahnya mereka menyita rambutku.
          “karena lo nge-rebut Reno dari gue!” kini mataku membulat tak percaya, namun itu tidak membuat air mataku berhenti mengalir. Aku tidak menyangka jika Kayla ini benar-benar mencintai Reno. Sahabatku sejak kecil yang juga sangat aku sayangi.
          “Gue gak suka Reno selalu mengutamakan lo, dan asal lo tahu, lo adalah alasan utama gue kenapa gue mutusin Reno dulu” aku berdecak, menyadari bahwa Reno dan Kayla pernah berpacaran saat kelas 1 SMP. Namun aku tidak tahu jika ini akan berkelanjutan.
          “dengan perlakuan lo yang seperti ini, jangan harap gue bakalan suka lagi sama lo” aku merasakan tubuhku tertarik, membuatku melepaskan gunting tersebut dan terjatuh diatas tubuh Kayla. Aku menatapnya tak percaya. Reno sudah kembali disisiku dan kini ia menarikku keluar dari rooftop sialan ini.
          Saat lift ini mulai berjalan, aku bersandar pada salah satu sudut, menutupi wajahku yang sudah tidak aku tahu seperti apa bentuknya. Aku sakit hati dengan perlakuan ini, aku tidak tahu jika ini karena Reno.
          “Maaf…” aku merasakan pelukan pada tubuhku ini. Reno, aku yakin ini adalah Reno. Namun ini bukan kesalahannya, justru ini kesalahanku, salahku sudah membuatnya berpisah dengan Kayla. Aku memang tidak tahu Reno benar-benar menyayangi Kayla atau tidak, yang aku tahu Kayla sangat menyayangi Reno.
          “Rapunzel lo gak akan hilang hanya karena rambut lo gak lagi panjang” Reno mengusap rambutku yang kini hanya sebatas bahu. Aku menggeleng dalam tangisanku, merutuki kebodohanku karena tidak menyadari bahwa rambut yang Kayla potong bisa sebanyak itu.
          “Tapi…”
          “Ssstt, sebelum rambut Rapunzel sepanjang lo, dia juga mengalami rambut sependek ini” aku merasakan tangan Reno makin mengusap lembut kepalaku, membuatku merasa tenang dan mulai memejamkan mata, menyadari mataku memberat akibat menangis yang cukup hebat ini.
          “semua yang kita mau memang tidak selamanya sejalan, selama lo berusaha untuk mencapai apa yang lo mau dan itu diiringi dengan usaha, semua akan tercapai. Jangan khawatir”
          “Tetap jadi Rapunzel gue dengan rambut ajaibnya, gue akan jadi saksi yang mengikuti pertumbuhan rambut emas ini, rambut yang diminati banyak orang, yang jadi rebutan orang, seperti tadi” makin lama mataku semakin berat, namun aku mendengar kekehan dari bibir Reno. Mungkin ia menertawakan ucapannya sendiri. Aku ingin tidur, apa salah jika aku tertidur disini, seberapa tinggi gedung hotel ini, kenapa terasa lama sampai di lobby?

          “gue sayang sama lo” aku terkejut namun mataku tak mampu terbuka, diiringi dentingan lift, aku merasa tubuhku terangkat ke udara dan Reno mulai melangkahkan kakinya, dan pandanganku benar-benar gelap.

Flash Fiction ini untuk mengikuti #TakeOffMyRedShoesGA yang diadakan oleh @NovelAddict_ dan @InayahSyar

Tuesday, September 1, 2015

Triple A [Anisa Rahma]

              Menjalani kehidupan yang berbeda, sebenarnya ini bukan masalah yang besar, namun bukan Ariana jika ia tidak menyusahkan dirinya sendiri dengan membesar-besarkan masalah. Namun ada juga yang terlihat santai, Adrina selalu berhasil membuat dirinya terlihat sangat tenang, meskipun sebenarnya ia sama tidak tenangnya dengan Ariana. Namun yang ini jauh berbeda, dia bahkan terlihat sangat gembira dengan kehidupan barunya yang menurut Ariana jauh tidak lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Anisa, gadis manis ini tidak pernah repot dengan sekelilingnya, semua dibawa santai, dan terbuktilah dia yang paling baik diantara kedua kakaknya. 
              Tiga gadis berwajah sama namun berbeda karakter, mungkinkah memiliki wajah sama mampu membuat mereka memiliki nasib sama? Mungkinkan mereka akan mendapatkan cinta sejati yang sama baiknya? Akankah kelainan sifat mereka membuat ketiganya mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru disekitarnya? 

***

              Yup-yup. Cerita ini benar-benar terinspirasi dari salah satu karya anak Directioner, tetapi sumpah deh gue gak jiplak haha. Cerita ini menceritakan 3 anak kembar, yang baru saja kehilangan kedua orang tuanya dan terpaksa diungsikan ke rumah sahabat Ibunya yang berada di pedalaman, maksudnya tidak di kota besar. Mereka menolak mentah-mentah, namun mau tidak mau, mereka harus tetap menjalaninya.
              Harry, anak dari sahabat Ibunya memiliki sifat yang sangat ramah dan mudah bercanda, namun jika ia sudah berhadapan dengan Anisa, entah kenapa hanya ada tatapan tajam juga ucapan pedas untuk gadis manis itu. Anisa tidak tahu karena apa, yang pasti Harry selalu memberinya respon negatif.
              Berbeda dengan Harry, Zayn yang merupakan teman dekat Harry sangat teramat baik bahkan perhatian kepada Anisa, namun disisi itu, ia memiliki rasa kepada Ariana. Gadis urakan yang sangat menantangnya. Dan yes, Zayn suka tantangan.
              Lain Anisa, lain Ariana, Adrina perempuan tenang ini benar-benar memiliki hidup yang sangat tenang sampai seorang laki-laki asal Irlandia menganggu hidupnya, memang tidak secara terang-terangan, namun itu benar-benar berhasil membuat dunianya jungkir balik tidak karuan. Niall yang awalnya salah, malah disusul sama Adrina yang membuat kesalahan, dan jadilah saling salah. Bukannya saling minta maaf selesai, bukan Adrina namanya jika ia meminta maaf. Memang gadis ini terkesan urakan sama seperti Adrina, namun ia tidak separah Ari.
              Jadi apa yang sebenarnya terjadi, konflik apa yang akan aku angkat ke cerita ini? Hahaha, Katanya sih banyak yang nungguin cerita ini, tetapi gak tahu deh gak ada yang komen, masa.

***

Part 1

              "jadi kau yang tadi menggoda adikku?" Ad kembali berteriak tepat di depan wajah Zayn dengan nafas tersenggal saat merasakan Anisa yang makin mengumpat dibalik punggungnya. Bagaimana tidak marah, setelah menggoda Anisa, laki-laki ini hanya meminta maaf saja. Ya Tuhan.

              "Jadi dia bilang bahwa aku menggodanya?" Zayn mengangkat kedua alisnya kemudian menatap Anisa dengan senyum miringnya, membuat Anisa merapatkan lingkaran tangannya pada lengan Ad. 

              "Memegang tangan dan mengajaknya makan siang, apa itu yang kau sebut dengan tidak menggoda?" Ariana ingat bahwa laki-laki arab ini merupakan laki-laki yang ia temui di stasiun London tadi, yang sempat berselisih dengannya. 

-

              "Aku hanya salah bicara, lebih tepatnya aku salah paham dengan yang Anisa ucapkan. Anisa ya nama si bungsu itu?" Harry mengkerut saat Zayn tersenyum miring dengan pandangan melayang. Apa yang sedang dia pikirkan, sih? 

              "Ya. Kenapa?"

              "Manis, sepertinya aku tertarik. Doa sangat menggemaskan Harry..."

              "Hentikan dulu tangisannya, baru kau boleh mendekatinya!" 

              "kau ini, bertindak seperti kau kekasihnya saja, sih" Zayn mendengus sebal saat Harry melontarkan kalimat yang membuat Zayn berdecak berkali-kali. 

              "ku culik saja dia ke apartemenku" ujar Zayn asal, membuat Harry makin melotot padanya. Zayn ini. 

              "kau ingin mati ditanganku, arab?" 

              "ucapanmu mirip dengan si sulung menyebalkan. Dia juga mengancamku seperti itu, plus panggilan arab!" Harry makin melotot sedangkan Zayn hanya terkekeh mendengarnya. 

-

              "aku tidak mau disini, bersama si arab" zayn membulatkan matanya, sedangkan Harry ia malah tertawa kencang mendengar ucapan Anisa. Astaga, gadis itu kenapa se frontal itu, sih? 

              "aku tidak akan memakanmu, Anisa"

              "tetapi dia bilang akan menculikmu, Anisa" Anisa membulatkan matanya membuat Harry makin terkikik, sedangkan Ari dan Ad menatap Zayn dengan tatapan tajamnya. Harry sialan, gumam Zayn dalam hati. 

-

              Kurang lebih beberapa dialog pada part 1 Triple A, yang sudah di post di wattpad. Ada yang berminat baca, silahkan kesini ya...  https://www.wattpad.com/158522530-triple-a-1-zayn

Rikaaawan...

101 Perahu Kertas


Andaikan aku memiliki 101 pesawat kertas yang akan aku terbangi. Aku tidak berjanji bahwa aku akan mempersembahkan 101 pesawat kertas tersebut untukmu, tetapi akan ada 1 pesawat kertas yang akan aku tulis untukmu. Pesawat kertas itu akan aku terbangi, tidak kepadamu, tetapi semoga isi surat itu akan sampai padamu.
            Aku akan mempersembahkan pesawat kertas ke 101 itu untukmu, hanya untukmu, seseorang yang mungkin sangat teramat aku sayangi, tanpa bertatap wajah, aku mengetahui segalanya tentang, tetapi kamu tidak tahu aku, tentangku, wajahku, atau mungkin hanya sekedar namaku. Jadi seperti ini suratku, untukmu….
            Mungkin ini bisa dikatakan sebagai cinta dalam diam, cinta dalam hati yang mungkin tidak kamu ketahui isinya, yang mungkin kamu tidak mengetahui perasaanku. Jangankan perasaanku, untuk mengetahui siapa aku saja, aku rasa kamu tidak tertarik. Aku tahu aku memang tidak menarik, tetapi aku punya cinta untukmu, cinta yang bahkan tumbuh sebelum kita bertemu dan saling mengenal. Cinta yang aku rasakan sendirian, tanpa pernah kamu merasakan cintaku. Cinta yang aku perjuangkan, tanpa ada perjuangan darimu. Cinta yang sangat aku harapkan pembalasannya, sedangkan kamu sama sekali tidak berharap untuk membalasnya.
            Aku berfikir, bagaimana bisa aku menyukaimu hanya dengan bermodal nama lengkap, fotomu, dan beberapa kegiatanmu. Bagaimana bisa aku sebegini menyukaimu, padahal kamu sendiri tidak mengenalku. Aku tahu kau tidak akan menolak cinta ini,kau juga tidak akan membalas cinta ini. Tetapi aku cukup sadar, kau tahu bahwa aku 1 dari sekian banyaknya orang yang menyayangimu. Aku sangat teramat menyayangimu. Aku tidak perlu kau tahu seberapa aku menyayangimu bahkan mencintaimu. Aku tidak perlu kau tahu bahwa aku disini selalu ada untukmu, memperhatikan setiap gerak-gerikmu, dan selalu mendukung apapun yang kau lakukan.
            Aku tidak pernah merasa bersalah karena mencintaimu seperti ini, aku tidak pernah merasa menyesal telah mencintaimu. Karena aku sangat teramat ingin mencintaimu tanpa alasan, juga tanpa batas. Aku mencintaimu tulus dari dalam hatiku, hanya bermodal nama dan fotomu aku bisa sebegininya, lalu bagaimana jika aku bertemu denganmu, menjalani hari bersamamu, bahkan menerima perlakuan manismu?
            Aku tidak bisa meyakinkan jantung ini akan berhenti berdetak, karena aku yakin jantung ini akan berkerja lebih cepat tanpa pernah aku bayangkan. Someday, aku yakin bisa bertemu denganmu, menyapamu, kemudian kau mengetahui namaku, juga seberapa besar cintaku padamu. Dan saat aku bertemu denganmu, aku akan membawa pesawat kertas yang serupa dengan ini kemudian menyerahkan padamu, Harry. Ya, aku mencintaimu Harry Styles, One Direction. Laki-laki Inggris yang tidak aku ketahui kapan bisa aku temui. Aku menyukai, menyayangi, bahkan mencintaimu. All Love, R.


            Aku seorang Directioner, yang merambat menjadi perempuan dengan hobi menghayalkan Harry dalam setiap ceritaku, menuliskan kata demi kata yang ingin aku baca. Kalimat yang ingin aku dengar Harry menyebutkannya dan akan aku tuangkan dalam sebuah cerita. Ini konyol dan ya ini berlebihan. Maafkan aku.


Tulisanku kali ini untuk mengikuti giveaway yang di adakan @Loveableous dan @agnesdavonar. Thank you!:)