POPULAR HAIR
Aku
menatap pantulan diriku di depan cermin kamarku, aku sengaja meminta Mama untuk
membelikan kaca yang sepanjang tubuhku, aku harus terus menatap rambutku yang
makin lama semakin panjang. Mungkin ini dikarenakan aku yang terlalu mengidolakan
kisah Rapunzel yang teramat sangat cantik. Dan dengan bodohnya aku mengikuti
seluruh gayanya. Rambut lebatku ini terus aku buat panjang, dan aku rawat
sebaik mungkin, aku tidak mau rambut panjang yang kusut, nanti jadinya dikira
kuntilanak, ya meskipun yang terjadi padaku memang seperti itu.
Wajahku
juga cukup mendukung sebagai Rapunzel, mataku bulat besar, juga dengan bibir
sedikit tebal. Aku bangga, tentu saja, siapa yang tidak bangga bisa mirip
dengan Idolanya? Pasti kalian akan bangga jika dikatakan mirip dengan idola
kalian, meskipun berlainan kelamin juga pasti akan bangga. Begitupun aku,
bahkan kita berbeda dunia, tetapi aku tidak masalah sama sekali, sungguh.
“Jangan
lama-lama nyisir rambutnya, Reno udah nunggu kamu” aku segera menguncir tinggi
rambutku, tidak berniat menggerainya begitu saja, yang ada rambutku akan
ditarik-tarik jika berpapasan dengan para haterku di sekolah.
Aku segera
berjalan menuruni anak tangga rumahku, menatap Reno yang sedang mengobrol
dengan Ibuku. Untungnya Ibuku tidak mengungsikanku ke menara tinggi akibat
rambutku yang tak ada ajaib-ajaibnya ini. “Sudah selesai” ujarku riang, Reno
menoleh kemudian tersenyum. Aku mencium punggung tangan Ibuku kemudian berjalan
menuju halaman rumah bersamaan dengan Reno.
“kenapa
dikuncir, gak mirip Rapunzel dong” ujar Reno saat ia menyodorkan helmnya
kepadaku, tanpa memikirkan rambut aku segera memakai helm ini.
“Bodo
amatlah. Gue sebel dikatain kuntilanak, anak-anak sekolah kita gak tau dongeng
Rapunzel kali ya. Gak tau kalau rambut gue ini ajaib” aku mendengus sebal saat
jawabanku dibalas dengan kekehan renyah milik Reno. Sahabatku yang satu ini
sangat mengerti aku, karena dia sudah melihat tanda-tandanya. Dia sudah
bersamaku sejak kita masih hobi mandi bareng sampai sekarang jika aku memakai
celana selutut akan teriak kesetanan jika dia datang.
“kalau
rambut lo dikuncir gitu, lo malah mirip sama Ariana Grande tahu gak” aku
mengkerut bingung dengan perkataannya. Ariana Grande, hello please deh cantikan
Rapunzel kemana-mana, keles. Tapi aku tak menolak jika Reno berkata aku lebih
mirip dengan Ariana, mungkin aku bisa menambah dia sebagai idolaku. Ah tidak
Rapunzel, aku hanya bercanda, maafkan aku.
“udah
buruan jalan deh, udah mau jam 7 tahu!” Reno kembali terkekeh kemudian segera
menaiki motor besarnya, menyalakan mesin dan aku segera naiknya, belum aku
menginjak pedal motornya, ia sudah menggasnya dengan pelan. Aku segera menarik
helmnya. “gue belum naik, bego” dia makin tertawa terbahak saat aku sudah duduk
di belakangnya.
“buruan
jalan, gak usah kebanyakan ketawa. Udah kayak mbak kunti aja” ketusku dan Reno
segera menjalankan motornya, meskipun masih diiringi dengan kekehan-kekehannya.
Masa bodolah.
***
Aku
berjalan memasuki rooftop hotel yang sudah di pesan oleh sekolahku ini, dengan
mengenakan gaun ala Rapunzel namun hanya sebatas lutut, aku berjalan masuk ke
dalam sana. Menatap desain rooftop ini yang sangat keren. Aku sangat
berterimakasih kepada panitia pelaksana acara promnight rutin sekolahku ini.
Setelah tahun lalu memilih tema garden, kini panitia memilih tema princess and prince, ya intinya tentang
para Disney, dongeng, dan sejenisnya gitu loh. Jadi aku kesini tidak salah
kostum. Ada beberapa yang mengenakan gaun Cinderella, Aurora, Snow White, dan sejenisnya, tunggu untuk
kostum satu itu benar-benar patut aku anjungi jempol. Mermaid. Putri duyung.
Dia pakai kembenan, ya ampun.
“nice kostum, Key!” aku menegur Keyla
yang mengenakan gaun ariel itu diiringi tawaku, bukan mengejek, namun tak
menyangka akan keberaniannya memakai kostum itu, Selain karena kembenan, kostum
itu juga memiliki buntut dan tanpa kaki, kan. Namun apa yang ia usahakan, ia
tetap berjalan dengan kaki, namun terlihat seperti ekor duyung.
“Yes, have fun with the party, Rapunzel”
aku tertawa saat mendengar jawabannya, dia makin menyunggingkan senyumannya
dengan nakal. Aku tak peduli, meskipun ia adalah musuh terbesarku, aku harus
tetap ramah bukan?
“Hallo
semua…” semua pandangan menatap kearah panggung utama, disana berdiri seorang
laki-laki dengan kostum beast pada
dongeng beauty and the beast. Meskipun
tak seburuk beast dalam dongeng
tersebut, namun ia juga tak setampan pangeran dalam dongeng Cinderella.
“diam
disini dan jangan kemana-mana, handphone gue
ketinggalan di motor” aku mengangguk dan mengabaikan Reno yang mungkin kini
sudah berjalan menjauhiku, meninggaliku ditengah kerumunan siswa SMA 65 Jakarta
ini.
“ada yang
bisa menebak, promnight kali ini
dipersembahkan untuk siapa?” dalam sekejap, semua mata menatapku dengan tatapan
mencemooh. Ya tuhan, ya tuhan, apa yang akan terjadi?
Kayla,
perempuan duyung menyebalkan itu berjalan mendekatiku sambil memegang sebuah
gunting di tangan kanannya. Tuhan tolong, jangan biarkan kejadian ini terulang
kembali. Demi apapun aku tidak ingin semua orang mencuri rambutku, jika ajaib
pun aku tidak akan mengizinkannya, dan pada kenyataannya rambutku sama sekali
tidak ajaib, apa yang membuat mereka memperebutkannya.
“Rapunzel wanna be” aku menoleh ke kiri, mendapati
perempuan dengan kostum Mulan –dongen asal cina itu berjalan juga memegang
sebuah gunting ditangannya. Reno aku mohon kembali. Aku bukan perempuan
cengeng, namun jika ini berurusan dengan rambutku, jangan harap kalian bisa
tenang, kawan.
“kayaknya
rambut kalian udah cukup bagus, kenapa harus ngambil rambut gue?” dengan
jantung berdetak cepat, aku menatap dua perempuan itu secara bergantian, mereka
malah tersenyum miring dan mulai menggerak-gerakan guntingnya tepat di depan
wajahku. Ya ampun ya ampun, aku takut, sungguh.
Dengan
spontan aku menoleh ke belakang, aku merasa kuncir rambutku di tarik dengan
paksa oleh seseorang dari belakang sana, saat aku menatapnya ternyata itu
adalah laki-laki beast yang tadi
berbicara di atas panggung kecil yang tersedia di sudut rooftop.
“Rambutnya
bagus, lembut, dan tebal, bisa kita jual” ujar laki-laki yang tidak aku ketahui
namanya sambil membelai rambutku. Demi tuhan, aku jijik dengannya.
“Rambut
gue gak ada harganya, sumpah. Gue bukan benar-benar Rapunzel, rambut gue gak
ajaib sama sekali” perempuan dengan kostum mulan itu tersenyum remeh padaku.
Aku pernah satu kelas dengannya saat kelas 1 SMA, dan hubunganku dengannya
cukup tidak baik, memang.
“kasih
guntingnya ke gue, kalian terlalu lama” ujar beast dengan kasar, namun ariel
melarangnya dan menggeleng pada beast.
“Reno belum bisa diamanin di bawah sana, sampai dia benar-benar aman, baru
kita bisa mulai” apa, Reno?
“Kalian
mau apakan Reno?” Aku mencoba berjalan dan menjauhinya, namun apa daya, mereka
keburu mengurungku. Semua yang ada disini hanya menatapku, sebagian ada yang
merasa kasihan, sebagian lagi ikut menatapku dengan tatapan cemooh. Aku
benar-benar tidak tahu, selama aku sekolah disini aku memiliki para haters.
“Diam
disini dan Reno akan aman” aku angkat tangan dan masih menatap orang-orang
sarap di hadapanku ini. Aku gak tahu punya salah apa dengan mereka.
“Gue ada
salah, yang mana?” aku kembali bertanya, dan kini dijawab dengan kekehan asal.
“plagiarist gonna be plagiarism” aku
menggeleng tak percaya pada jawaban yang di berikan oleh Mulan.
“Gue yang
plagiat apa urusannya sama kalian. Gue sama sekali gak minta bantuan kalian,
kan?”
“bahkan
disaat seperti ini, lo sama sekali gak berniat minta tolong?” aku menatap beast yang masih bersedekap dada di
hadapanku, ditemani Ariel dan Mulan wanna be disampingnya.
“buat apa
minta tolong sama sampah sejenis kalian, disini semua sama. Gak seharusnya
mereka diam seperti ini, disaat gue diseperti ini kan” jawabanku bukannya
membuat mereka mundur, mereka malah menertawakanku lagi dan kini si Ariel mulai mendekatiku.
“Reno
sudah aman, bisa kita mulai” dia menarik ujung rambutku ke hadapan wajahku dan
mulai mengarahkan guntingnya kesana. “1 centi atau dua centi bukan masalah,
jika kalian memerlukan itu” jawabku kemudian ikut besedekap dada dan membiarkan
Ariel dan Mulan menggunting rambutku sedikit demi sedikit.
Aku tidak
benar-benar pasrah, aku ingi menoleh kemudian menarik gunting mereka berdua
kemudian menyayat wajahnya. Aku tak sungguh-sungguh memberikan rambutku barang
secentipun. Aku melarang itu, namun aku tak akan membiarkan diriku menangis
atau menolak, karena itu akan benar-benar membuat mereka semakin merasa
berhasil.
“25 centi
bagaimana, nona?” aku menoleh menatap ke bawah, menatap rambutku yang sudah
bergerumpul di lantai bawah. Aku menatap tak percaya pada rambutku yang kini
hanya tinggal sebatas bahu, aku tak percaya mereka akan benar-benar melakukan
ini padaku. Mataku memanas, aku sakit hati dengan ini, aku merasa dilecehkan.
Dengan perasaan marah, aku mendorong Ariel
kemudian merebut gunting tersebut darinya, mengarahkan gunting itu ke
hadapan wajahnya yang kini tersungkur di bawah sana.
“sebutin
gue punya salah apa sama lo, jabarin semuanya. Jika kesalahan gue besar, gue
gak akan masalah dengan pelecehan ini. Cepat jelasin!” aku memajukan gunting
ini tepat di depan wajahnya, melarangnya untuk berteriak atau bergerak sedikit
pun.
Aku
mendengar Mulan dan Beast berteriak disana, diiringi
bisikan-bisikan sampah lainnya. Aku tak peduli pada wajahku yang memerah. “jika
kalian mendekat, gue bakal benar-benar menusukan gunting ini ke matanya” aku
menatap Ariel yang kini menatap
teman-temannya dengan tatapan memohon untuk tidak bergerak.
Rambut
yang aku rawat dengan sangat lama, kini hilang begitu saja, belum perawatan
yang aku jalankan benar-benar menyita semuanya. Dan aku tidak tahu apa yang aku
sita dari mereka, sehingga dengan mudahnya mereka menyita rambutku.
“karena lo
nge-rebut Reno dari gue!” kini mataku membulat tak percaya, namun itu tidak
membuat air mataku berhenti mengalir. Aku tidak menyangka jika Kayla ini
benar-benar mencintai Reno. Sahabatku sejak kecil yang juga sangat aku sayangi.
“Gue gak
suka Reno selalu mengutamakan lo, dan asal lo tahu, lo adalah alasan utama gue
kenapa gue mutusin Reno dulu” aku berdecak, menyadari bahwa Reno dan Kayla
pernah berpacaran saat kelas 1 SMP. Namun aku tidak tahu jika ini akan
berkelanjutan.
“dengan
perlakuan lo yang seperti ini, jangan harap gue bakalan suka lagi sama lo” aku
merasakan tubuhku tertarik, membuatku melepaskan gunting tersebut dan terjatuh
diatas tubuh Kayla. Aku menatapnya tak percaya. Reno sudah kembali disisiku dan
kini ia menarikku keluar dari rooftop sialan
ini.
Saat lift ini mulai berjalan, aku bersandar
pada salah satu sudut, menutupi wajahku yang sudah tidak aku tahu seperti apa
bentuknya. Aku sakit hati dengan perlakuan ini, aku tidak tahu jika ini karena
Reno.
“Maaf…”
aku merasakan pelukan pada tubuhku ini. Reno, aku yakin ini adalah Reno. Namun
ini bukan kesalahannya, justru ini kesalahanku, salahku sudah membuatnya
berpisah dengan Kayla. Aku memang tidak tahu Reno benar-benar menyayangi Kayla
atau tidak, yang aku tahu Kayla sangat menyayangi Reno.
“Rapunzel
lo gak akan hilang hanya karena rambut lo gak lagi panjang” Reno mengusap
rambutku yang kini hanya sebatas bahu. Aku menggeleng dalam tangisanku,
merutuki kebodohanku karena tidak menyadari bahwa rambut yang Kayla potong bisa
sebanyak itu.
“Tapi…”
“Ssstt,
sebelum rambut Rapunzel sepanjang lo, dia juga mengalami rambut sependek ini”
aku merasakan tangan Reno makin mengusap lembut kepalaku, membuatku merasa
tenang dan mulai memejamkan mata, menyadari mataku memberat akibat menangis
yang cukup hebat ini.
“semua yang
kita mau memang tidak selamanya sejalan, selama lo berusaha untuk mencapai apa
yang lo mau dan itu diiringi dengan usaha, semua akan tercapai. Jangan
khawatir”
“Tetap
jadi Rapunzel gue dengan rambut ajaibnya, gue akan jadi saksi yang mengikuti
pertumbuhan rambut emas ini, rambut yang diminati banyak orang, yang jadi
rebutan orang, seperti tadi” makin lama mataku semakin berat, namun aku
mendengar kekehan dari bibir Reno. Mungkin ia menertawakan ucapannya sendiri.
Aku ingin tidur, apa salah jika aku tertidur disini, seberapa tinggi gedung
hotel ini, kenapa terasa lama sampai di lobby?
“gue
sayang sama lo” aku terkejut namun mataku tak mampu terbuka, diiringi dentingan
lift, aku merasa tubuhku terangkat ke
udara dan Reno mulai melangkahkan kakinya, dan pandanganku benar-benar gelap.
Flash Fiction ini untuk mengikuti #TakeOffMyRedShoesGA yang diadakan oleh @NovelAddict_ dan @InayahSyar