My Blog List

Thursday, December 11, 2014

(Oneshoot) Mantan Terindah

Title : MANTAN TERINDAH
Genre : HURT, SAD
Cast :
ANISA RAHMA AS HERSELF
BISMA KARISMA AS HIMSELF
MARGARETH ANGELINA AS HERSELF

mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku
dan saat ini engkau selalu ingin bertemu
dan mengulang jalin cinta

mau dikatakan apa lagi
kita tak akan pernah satu
engkau disana, aku disini
meski hatiku memilihmu

andai ku bisa ingin aku memelukmu lagi
dihati ini hanya engkau mantan terindah
yang selalu kurindukan....

(Raisa - Mantan Terindah)
______________________________________________

               Anisa menatap sebuah kumpulan surat-surat yang tergeletak secara sembarang di atas meja belajarnya. Surat-surat dengan cover berbeda-beda, ada bergambar hati-hati, ada balon, ada bintang-bintang, bunga-bunga, dan masih banyak lagi. Meskipun bercover beda-beda, tapi sebuah nama yang sama terpampang jelas di bagian depan surat tersebut. Bisma Karisma.
               Bisma Karisma adalah seorang laki-laki di sekolahnya, dia memang tidak cukup populer, tapi dia mampu menyita perhatian, waktu, fikiran Anisa. Bisma ini juga mantan kekasih Anisa. Mereka pernah berpacaran hampir 1 tahun, kemudian kandas begitu saja karena Bisma yang memutuskannya.
               Anisa menundukan kepalanya dan memejamkan matanya kuat-kuat, mencoba membawa fikirannya kembali ke hari-hari yang lalu. Dimana Bisma mengacuhkannya, dimana Bisma mengabaikannya, dimana Bisma tak menganggap Anisa ada.
               ”Mungkin ini adalah titik kejenuhan lo, Nis” Anisa mengusap kasar wajahnya. Sepertinya ini adalah akhir dari semuanya. Sudah cukup Anisa membuang waktunya dengan sia-sia, membuang tenaganya dengan sia-sia hanya untuk sekedar mengingat ataupun memikirkan Bisma. Membuang tenaganya hanya karena Bisma tersenyum padanya, dan Anisa akan senang sepanjang hari. Anisa rasa itu semua cukup, cukup sampai disini.
               ”Gue gak mau ngerasain sakit lebih dari ini” ujar Anisa kemudian. Anisa selalu mengirimkan surat-surat pada Bisma yang berisi tentang perasaan hatinya, Anisa mengungkapkan semuanya pada Bisma melalui surat itu. Memang tak ada satu pun yang dibalas ataupun direspon oleh Bisma, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan semangat Anisa untuk berusaha kembali bersama Bisma, mantan terindahnya. 
               Tapi sepertinya ini adalah titik kejenuhannya. Karena setiap manusia pasti memiliki titik jenuh dan bosan. Saat seseorang sudah bosan untuk bertahan maka dia pergi, dan saat seseorang sudah bosan untuk mengejar maka dia akan berhenti. Ya, ini Anisa. Ia sudah terlalu bosan untuk mengejar Bisma yang terus saja berlari menjauhinya, dan kini saatnya Anisa berhenti kemudian berbalik badan dan berlari menjauhi Bisma ke arah yang berlawanan.
               ”Okey, gue rasa semuanya cukup. Gue bakal rela in lo buat Angel, Bis!” 

***

               Sudah berjalan 5 hari, Anisa benar-benar tidak lagi mengirim apapun untuk Bisma. Sikap-sikap Anisa pun bisa Bisma rasakan sangat berbeda. Bisma melirik Anisa yang tengah mengobrol dengan teman-temannya. Anisa memang terlihat sangat cantik saat sedang tertawa seperti itu.
               Dalam hatinya, Bisma memang masih sangat menyayangi Anisa. Mantan kekasihnya yang menurut Bisma paling beda dari yang lainnya. Bisma melirik sedikit ke Angel yang duduk di belakang Anisa. 'Kalau cantik kamu yang menang, Nis' lirih Bisma dalam hati sambil bergantian menatap Anisa dan Angel.
               Sebenarnya Bisma sangat merespon surat-surat Anisa. Beberapa kali Bisma berniat ingin membalasnya, namun cepat-cepat ia urungkan karena ia masih ingin melihat seberapa kuat Anisa bertahan. Tapi kenapa akhir-akhir ini Anisa berhenti.
               Tangan Bisma bergerak ke bawah meja, seperti mencari sesuatu di rak meja nya. Saat tangannya tidak mendapatkan apa-apa, kini kepalanya ikut menoleh ke bawah meja. Tetap nihil, tidak ada apapun dibawah sana. ”Gak ada surat lagi?” Ujar Bisma kemudian mengusap kasar wajahnya.
               Ya, sudah hampir 5 hari ini Bisma tak mendapatkan surat-surat romantis dari Anisa. Kenapa dengan gadis itu? Pada hari pertama, Bisma berfikir. 'Mungkin sepulang sekolah Anisa bakal ngasih' dan hasilnya tetap nihil sampai pulang sekolah Anisa tidak juga memberikan surat. Pada hari kedua Bisma kembali berfikir. 'Hari ini kan banyak tugas mungkin semalem dia ngerjain tugas kali ya' okey dengan susah payah Bisma mencoba menerimanya.
               Pada hari ketiga, tidak ada lagi surat romantis itu. Bisma mencoba berfikir positif. 'Tadi sore dia ada ekskul kan ya, mungkin aja kecapean' pada hari ke empat Bisma terus berfikir dengan alasan yang berbeda berharap salah satu itu menjadi nyata. 'Mungkin Anisa kecapean terus ketiduran deh, makanya dia gak sempet nulis surat'. Untuk hari ini, sepertinya Bisma harus berhenti berfikir positif. Cobalah berfikir negatif Bisma. Bisa saja Anisa kehabisan uang untuk membeli kertas dan amplop, atau Anisa kehabisan tinta pulpen, atau mungkin Anisa kehabisan kata-kata, atau bisa saja Anisa kehabisan kesabaran karena menunggumu?
               ”Bengong terus” sebuah tangan menyentuh bahunya. Bisma segera menoleh terkejut. Angel. Bisma membuang nafas kasar saat ia mengetahui bahwa yang ternyata mengagetkannya adalah kekasihnya sendiri. Entahlah meskipun Angel ini kekasihnya, Bisma sama sekali tidak menganggap ataupun merasa bangga memiliki status tersebut. 
               ”Engga bengong kok, cuma mikirin tugas aja” dusta Bisma sambil tersenyum kecil. Mata Bisma mengikuti tubuh Anisa yang berjalan keluar kelas. Bisma segera berdiri. ”Angel aku ke toilet dulu yaaa” Bisma segera keluar dari kelasnya. Angel mendengus kesal kemudian kembali ke tempat duduknya.

               ”Anisa... Anisa...” mendengar namanya dipanggil, gadis manis ini menghentikan langkahnya kemudian menoleh. Anisa mengangkat kedua alisnya, seperti memberi jawaban ‘ada apa?’ pada Bisma. Bisma segera mendekati Anisa kemudian berjalan mendahului nya menuju sebuah kursi yang terletak di koridor sekolah.
               Setelah Bisma sudah duduk, ia menatap Anisa yang sedang menatapnya dengan tatapan heran, tatapan penuh tanda tanya. Seperti mengerti Anisa, Bisma segera tersenyum. “duduk dulu…”
               Mendengar perintah Bisma, Anisa pun segera duduk disamping Bisma. Meskipun Anisa sudah berniat menghapus perasaan dan harapannya untuk Bisma, tetapi jantungnya akan selalu tetap bekerja lebih cepat dari biasanya ketika Anisa berdekatan dengan Bisma. Ya, seperti sekarang ini.
               “kenapa nge-jauh, kenapa ga pernah ada sms ataupun bbm aneh dari lo, surat-surat yang biasanya gue terima setiap pagi juga udah ga pernah muncul. Kenapa, Nis?”
               DEEGG!!
               “kenapa?” gumam Bisma sekali lagi, tapi kini nada bicara nya terdengar sangat parau. Anisa mengangkat sedikit kepalanya membuat Bisma tercekat saat harus menatap mata Anisa yang sekeliling bola matanya berwarna sedikit kemerahan.
               “gue udah capek Bis, gue capek ngejar lo” Anisa menatap Bisma tajam. Tatapan penuh dengan tatapan kecewa, nada bicaranya pun terdengar sangat bergetar.
               “sedangkan lo nya, selalu lari ngejauhin gue. Kapan gue dapetnya kalau lo terus aja lari?” kata Anisa lagi, Bisma semakin dalam menatap mata Anisa. Mata indah iu sudah benar-benar diselimuti cairan-cairan bening. Membuat Bisma memegangi dadanya, menahan sesak yang kini hinggap pada tubuhnya.
               “seperti yang pernah gue bilang sebelumnya. Akan ada saatnya gue berhenti mengejar, dan berhenti berusaha. Dan gue rasa, ini udah saatnya”  Bisma sama sekali belum mengeluarkan sepatah katapun. Air mata Anisa sudah benar-benar meluncur membasahi pipi mulusnya.
               “maaf” lirih Bisma. Anisa menarik nafasnya berat kemudian menghapus secara kasar air mata yang telah membasahi wajah mulusnya itu. Ia menatap wajah Bisma sembari mengangguk-angguk.
               “selalu, tanpa lo minta maaf gue selalu maafin lo kok. Gue maafin lo karena lo cuekin gue, karena lo mengabaikan gue, dank arena lo gak pernah anggap gue ada. Gue selalu maafin lo Bis, gue–“ Anisa tak bisa menahan air mata yang kembali mengalir itu, sepertinya untuk sekedar berbicara saja susah. Anisa tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menunduk dan kini kedua bahunya sudah bergetar dengan hebat. Bisma segera menarik tubuh Anisa ke dalam dekapannya, mencoba memberi ketenangan untuk gadis tersebut.
               Bisma merasakan Anisa sedang berusaha melepas pelukannya, membuat Bisma kembali menahan sakitnya. Segitu marahnya kamu sama aku, Nis? Sampai aku peluk aja kamu nolak. Batin Bisma berteriak. Dengan terpaksa akhirnya Bisma melepaskan pelukan Anisa. Kini Anisa sudah tersenyum menatapnya dan sedang menghapus sisa air matanya.
               “jangan pernah kasih gue harapan Bis, kalau pada kenyataannya lo gak bisa balik ke gue dan mutusin Angel” ujar Anisa sambil tersenyum. Bisma sedikit terhenyuk mendengar ucapan Anisa, sekaligus terhenyuk karena ucapan Anisa.
               Anisa benar, Bisma tak pantas memberi Anisa harapan karna pada kenyataannya Bisma tak pernah bisa memilih. Tunggu, Bisma mudah saja memutuskan Angel. Cuma ia masih mengingat janjinya dulu pada Anisa untuk tidak menyakiti perempuan lain selain Anisa. Tapi ini sudah berbeda keadaannya. Mau tidak mau Bisma harus menyakiti Angel, agar ia bisa kembali bersama Anisa.
               Bisma segera berdiri kemudian meninggalkan Anisa disitu dan berjalan kekelasnya. Perlakuannya ini membuat Anisa terlonjak kaget. Kenapa Bisma tiba-tiba pergi gitu aja.
               Bisma berjalan memasuki kelasnya, matanya menyebar mencari keberadaan Angel. Saat ia menemukan Angel, dengan cepat ia menghampiri Angel kemudian menggenggam tangannya. “ada yang mau aku omongin” kata Bisma dengan nada lembut.
               Kebetulan pada saat itu kelas dalam keadaan hening, membuat seluruh mata yang ada dalam ruangan ini menatap Bisma dan Angel yang sedang berdiri dihadapan papan tulis. Angel menatap Bisma sambil tersenyum manis. “kenapa Bis?”
               “aku mau kita putus”
               DUAR!! Seketika kelas menjadi lebih hening dari sebelumnya, seluruh mata benar-benar menjuru pada dua orang ini. Angel menatap Bisma bingung sambil tersenyum kecut. Senyum penuh arti.
               “aku ada salah sama kamu, apa?” tanya Angel dengan nada kencang. Bisma menggeleng sembari tersenyum. “enggak kamu gak ada salah, justru aku yang ada salah sama kamu”
               Pandangan Angel tiba-tiba beralih pada pintu, kebetulan memang Angel berhadapan dengan pintu. Angel segera menghampiri Anisa yang baru saja masuk kedalam kelas. Ia yakin, peristiwa ini pasti ada hubungannya dengan Anisa, karena sebelumnya Bisma dan Anisa sama-sama dari luar.
               PLAK!!
               Mendapat tamparan dari Angel, membuat Anisa sontak memegangi pipinya yang terasa memanas. Anisa segera menatap Angel dengan tatapan tanda tanya. Apa Angel sadar saat melakukan ini? 
               Dikelas, Anisa dan Angel memang bukanlah sekumpulan orang-orang yang selalu berkumpul bersama. Maksudnya Anisa dan Angel ini tidak dekat. Angel memiliki kelompok sendiri begitupun dengan Anisa. Untuk mengobrol saja tidak pernah, selain Angel yang terlalu cuek Anisa pun malas dengan sifat orang seperti itu. Tapi jika sudah perlu, mereka bisa saja terlihat seperti teman dekat.
               “pasti lo kan yang nyuruh Bisma buat mutusin gue?” bentak Angel pada Anisa, membuat Anisa mengkerutkan keningnya tak percaya. “gue tau lo masih ngejar-ngejar cowok gue kan? Lo masih ngarepin Bisma kan? Ya ampun Anisa, lo itu cantik. Please jangan bego. Cowok yang lebih baik dari Bisma tuh banyak. Gak usahlah ngerusak hubungan orang” kata-kata Angel benar-benar menusuk ulu hati Anisa. Anisa benar-benar merasa terhina. Di hina seperti ini di depan kelas, lebih dari 30 pasang mata menatapnya. Mau ditaruh dimana harga dirinya?
               “Bisma tuh udah gak mau sama lo” lanjut Angel kemudian. Anisa makin menatap heran. Ia masih belum mengerti sepenuhnya ucapan-ucapan Angel.
               “lo yang gue udah gak mau, Ngel! Bukan Anisa, gue lebih mau sama dia!” kini Bisma angkat bicara. Dan ucapannya berhasil membuat Anisa menoleh kearahnya. 
               “lo liat kan, gara-gara lo Bisma nge-duain gue!” 
               “bukannya lo juga ngeduain Bisma sama Morgan ya?” Anisa melirik sebentar ke Morgan yang berada disebelah kanannya. Angel tergagap saat ia mendengar ucapan Anisa. Bagaimana Anisa tahu. Hal itu juga terjadi pada Bisma, ia benar-benar tak menyangka gadis selugu Angel bisa melakukan ini.
               “gue gak pernah pacaran sama Morgan, gimana bisa gue ngeduain Bisma?” Angel menatap Anisa tajam. Anisa tersenyum kecil. 
               “emang kalau ngeduain itu berarti macarin ya/ dan lo pikir apa gue pacaran sama Bisma, sampe-sampe lo bilang Bisma nge-duain lo sama gue?” Anisa makin menatap Angel dengan tatapan devil nya. Sungguh ia sangat menyukai situasi ini, ia senang bisa memojokan Angel karena memang inilah yang ia tunggu.
               “mungkin Bisma emang gak tau kalau lo ngeduain dia sama Morgan. Tapi maksud ngeduain disini tuh bukan macarin ya. lo juga naksir Morgan kan, padahal lo udah Bisma. Apa itu kurang?” 
               “Saat lo ngeduain Bisma, lo juga akan diduain, Ngel. Hidup ini adil, dan karma selalu berlaku” ujar Anisa pada Angel. Angel sedikit menundukan kepalanya menerima ucapan Anisa, begitupun dengan Bisma.
               “mungkin saat ini gue emang sayang sama Bisma segitu besarnya, dan gue yakin suatu saat bakal ada orang yang sayang sama gue segitu besarnya juga” lanjut Anisa sambil sesekali melirik Bisma.
              “dan saat ini gue emang ngejar-ngejar Bisma banget, dan gue yakin entah kapan itu Bisma bakal ngejar-ngejar gue. Karma itu berlaku” lanjut Anisa kemudian. Langkahnya bergerak untuk segera pergi, tapi dengan cepat Bisma menahan pergelangan tangan Anisa sebelum Anisa pergi.
               “tadinya gue mau percaya sama lo lagi. Tapi gue rasa itu akan jadi kesalahan terbesar gue. Karena pada nyatanya, lo gak bisa berhenti nyakitin perempuan. Lo gak tau kan seberapa malunya Angel? Selama lo gak bisa menghargai orang lain selama itu juga lo gak akan pernah dihargai Bis!” Anisa membanting kasar tangan Bisma kemudian segera berlalu pergi meninggalkan Angel, Bisma, dan keadaan hening kelas.
               Bisma pun ikut berlari mengejar Anisa keluar kelas. “Nis gue lakuin ini buat lo…” Bisma berusaha berjalan dengan lebih cepat berusaha menyamai langkah Anisa yang juga besar-besar.
               “dan gue lakuin ini juga buat lo. Supaya lo sadar dan gak nyia-nyiain orang yang sayang sama lo” lanjut Anisa sambil tetap melanjutkan langkahnya. Entahlah, kemana tujuan Anisa melangkah biarkan ia mengikuti langkah kakinya.
               “gue gak pernah nyia-nyiain lo” ucapan Bisma berhasil membuat Anisa menghentikan langkahnya. Bisma tersenyum lebar saat Anisa menatapnya. “lo gak nyia-nyiain gue? Cerita versi siapa?” Anisa mengkerutkan keningnya sambil terkekeh penuh ledekan. Anisa benar-benar meledek Bisma, Bisma yang bisa mengatakan bahwa ia tidak menyia-nyiakan Anisa.
               Pada kenyataannya, Bisma sangat teramat menyia-nyiakan Anisa. Membiarkan Anisa berjuang sendirian kurang lebih 7 bulan, dan membiarkan Anisa menangung sakit berkali-kali, andai Bisma menyakiti Anisa menggunakan benda tajam, mungkin hati Anisa sudah terbelah menjadi ribuan bagian.
               “versi siapa, versi kenyataan Nis. Gue Cuma mau tau, seberapa besar lo memperjuangin gue”
               “tapi lo gak pernah tau, seberapa berjuangnya gue nahan sakit karena liat lo sama Angel!” nada bicara Anisa meninggi. Beruntunglah Anisa berhenti di depan taman sekolah, bukan di depan kelas. Jika saja Anisa berhenti di depan kelas, mungkin sudah banyak orang yang menontonnya.
               “okey, gue minta maaf. Tapi bener sekarang gue sadar kalau lo emang patut gue perjuangin. Gue sadar seberapa sering lo nahan sakit karena gue, seberapa sering lo nangis buat gue, dan seberapa sering lo berkorban apapun itu buat gue, gue sadar dan gue mau ki–“
               “STOP BISMA, STOP!!!” Anisa menghentakan kakinya kasar, nafasnya memburu seperti sedang menahan emosi. Meskipun terlihat sedang marah. Buliran-buliran beningnya tidak bisa ia tahan untuk tidak keluar, Anisa sudah menangis sejak tadi.
               “karena sampai kapan pun, elo dan gue gak akan pernah lagi jadi kita. Cukup Bis, cukup sampai disini. Semua udah selesai!!” kini Anisa benar-benar pergi meninggalkan Bisma, dan Bisma pun tak berusaha mengejarnya. Mungkin ia sudah sadar apa kesalahannya.
               Bisma menjatuhkan tubuhnya pada bangku taman. Ia menjabak kasar rambutnya sendiri. Menyesali perbuatannya selama ini. Andai saja ia tidak menge-test perasaan Anisa lebih jauh, mungkin saja Anisa tidak akan merasakan sakit seperti ini. Andai saja ia tidak memutuskan Angel dihadapan teman-temannya, mungkin saja Anisa bisa kembali percaya dan bisa kembali bersamanya lagi. Tapi semua hanya andai-andai. Semua sudah berlalu dan tidak akan bisa diulang.
               “lo harus perjuangin Anisa, Bis. Lo harus rasain apa yang selama ini Anisa 

No comments:

Post a Comment