Ternyata jatuh cinta itu bukan hanya dari tatapan mata saja yang melihat orang tersebut terasa sangat sempurnya. Ternya jatuh cinta bisa dikarenakan oleh perilaku, cara bicara, maupun suara. Dan sekarang sepertinya saya akan membahas tentang Jatuh Cinta melalui Suara.
Sebenarnya disini saya bukan membahas tentang itu, lebih tepatnya saya ingin menulis apa yang ada di fikiran saya saat ini, karena sepertinya saya sedang merasakan sesuatu akibat mendengar suara orang tersebut.
Menurut saya sendiri, suara itu bisa menggambarkan bagaimana orang tersebut, bisa menjelaskan seperti apa orang tersebut jika berbicara. Karena gaya bicara seseorang, dapat menggambarkan sifat orang tersebut.
Banyak juga, orang lain menyukai suara seseorang maupun suara seorang penyanyi. Karena masing-masing orang memiliki karakter suara yang berbeda-beda.
Saya merasa tertarik pada seseorang dengan suaranya, karena saat saya mendengar suaranya saja itu mampu membuat saya membayangkan bagaimana orang tersebyut. Misalkan dalam bernyanyi, bernyanyi sendiri memiliki teknik tertentu dan kita bisa lihat bagaimana orang tersebut mengucapkan kalimat tersebut, pasti memiliki karakter tersendiri kan?
Maka dari itu, saya terus mencari-cari suara dia hanya untuk sekedar di dengar saja, ingin lebih memastikan bagaimana sih suara dia yang sebenarnya. Tetapi tunggu, bukan hanya mendengar orang tersebut bernyanyi. Dengan mereka yang hanya berbicara saja bisa menggambarkan bagaimana orang tersebut. Misalnya dengan tutur katanya, dengan mimik wajahnya, maupun dengan intonasi pengucapannya.
Ini memang bukan pertama kali saya jatuh cinta dengan suara orang lain, tetapi ini adalah pertama kalinya saya jatuh cinta kepada suaranya terlebih dahulu. Sebelumnya, saya selalu melihat dulu wajah dan perilakunya barulah saya mendengar suaranya dan mulai memiliki ketertarikan. Tapi saat ini, saya mencintai suaranya terlebih dahulu, meskipun saya sudah melihat wajah dan perilakunya.
Tertanda.
Rika Awanti
Because a good place is where you can feel comfort everytime and can find anything you want. So here you go!
My Blog List
Monday, December 29, 2014
Sunday, December 21, 2014
Bukan Curahan Hati
Alasan gue dulu sering bikin cerita dengan tokoh Anisa dan Bisma, karena gue melihat respon mereka baik. Maka dari itu gue mencoba lebih menggembangkan hobi menulis gue ini dengan membaca-baca karya teman-teman AniBisVers (sebutan fans Anisa-Bisma). Sempat nyaman hampir setahun, tetapi setelah Anisa keluar dari girlbandnyam gue ngerasa feel gue untuk menulis dengan tokoh dia hilang.
Mungkin karena dulu yang dia terlihat lebih polos dan apa adanya, membuat gue lebih mudah dengan segala karakter yang udah gue siapkan. tetapi sekarang, sepertinya ia lebih modis dan fashionable membuat si sifat polosnya itu hilang dan jujur itu membuat gue susah untuk memberikan karakter untuk Anisa.
Gue menulis bukan karena siapa tokohnya, tapi karena seberapa banyak yang setia membaca cerita gue dengan atau tanpa nama Anisa Bisma di cerita gue.
Gue coba post cerpen dengan tokoh ChiBi, tapi respon jauh berbeda dengan cerpen yang tokohnya AnisaBisma. jadi pertanyaannya, mereka baca cerita gue karena suka ceritanya atau karena tokohnya?
Dan mungkin, mulai besok dan seterusnya gue bakal lebih sering membuat cerita dengan tokoh orang lain, misalnya idola gue yang lain seperti Nicky Riyant, Felly ChiBi, Rizky Alatas, ataupun Nina Zatulini. gue cuma pengen tahu aja siapa sih pembaca setia gue?
Kadang cerpen yang gue post itu tergantung dengan orang yang gue tag-in, misalmya gue tag ke para reader gue. kadang likers sampai 150+ dan komennya bisa 50=+. cuma kemarin karena modem gue habis, dan tidak bisa tag akhrinya like hanya 100+ dan komen pun cuma 30+.
Gue sih bisa menyimpulkan. para reader yang gue tag kemudian memberikan komen hanya mencoba menghargai gue aja. entahlah aslinya mereka suka atau enggak, dikomen sih bilangnya keren dan selalu nunggu cerita gue yang lain. tapi giliran gue post cerpen tapi gak di tag, boro-boro tuh orang nongol sebagai komen sebagai likers aja engga-____-
Harapan gue sih yang memang bener-bener suka baca cerita, entah cerita gue atau cerita yang lain. cobalah lebih menghargai siapa tokoh yang sudah ditetapkan oleh writer tersebut. Okey, Okey?! Big thanks for Ninda, Dinda, Ismi, Rizka, Fify, Tami, dan masih banyak reader gue yang bener-bener tulus.
Mungkin karena dulu yang dia terlihat lebih polos dan apa adanya, membuat gue lebih mudah dengan segala karakter yang udah gue siapkan. tetapi sekarang, sepertinya ia lebih modis dan fashionable membuat si sifat polosnya itu hilang dan jujur itu membuat gue susah untuk memberikan karakter untuk Anisa.
Gue menulis bukan karena siapa tokohnya, tapi karena seberapa banyak yang setia membaca cerita gue dengan atau tanpa nama Anisa Bisma di cerita gue.
Gue coba post cerpen dengan tokoh ChiBi, tapi respon jauh berbeda dengan cerpen yang tokohnya AnisaBisma. jadi pertanyaannya, mereka baca cerita gue karena suka ceritanya atau karena tokohnya?
Dan mungkin, mulai besok dan seterusnya gue bakal lebih sering membuat cerita dengan tokoh orang lain, misalnya idola gue yang lain seperti Nicky Riyant, Felly ChiBi, Rizky Alatas, ataupun Nina Zatulini. gue cuma pengen tahu aja siapa sih pembaca setia gue?
Kadang cerpen yang gue post itu tergantung dengan orang yang gue tag-in, misalmya gue tag ke para reader gue. kadang likers sampai 150+ dan komennya bisa 50=+. cuma kemarin karena modem gue habis, dan tidak bisa tag akhrinya like hanya 100+ dan komen pun cuma 30+.
Gue sih bisa menyimpulkan. para reader yang gue tag kemudian memberikan komen hanya mencoba menghargai gue aja. entahlah aslinya mereka suka atau enggak, dikomen sih bilangnya keren dan selalu nunggu cerita gue yang lain. tapi giliran gue post cerpen tapi gak di tag, boro-boro tuh orang nongol sebagai komen sebagai likers aja engga-____-
Harapan gue sih yang memang bener-bener suka baca cerita, entah cerita gue atau cerita yang lain. cobalah lebih menghargai siapa tokoh yang sudah ditetapkan oleh writer tersebut. Okey, Okey?! Big thanks for Ninda, Dinda, Ismi, Rizka, Fify, Tami, dan masih banyak reader gue yang bener-bener tulus.
Saturday, December 20, 2014
Truth Or Dare? (ChiBi's Fanfiction)
Cast :
KEZIA KARAMOY AS HERSELF
CHRISTY SAURA AS HERSELF
RANGGA MOELA AS ALVIN
CHERRYBELLE AS HERSELF
Genre :
FRIENDSHIP, HURT, SAD
Kesembilan gadis cantik-cantik ini tengah berada di halaman belakang rumah milik salah satu dari mereka. Kesembilan gadis itu sebut saja Kezia, Christy, Novi, Felly, Angel, Steffy, Ryn, Gigi, dan Cherly. Dan kini mereka berada di halaman belakang rumah Angel. Kesembilan gadis ini tengah duduk dibangku kuliah, mereka adalah teman dari SMP, meskipun saat SMA mereka berpisah mereka akan janji untuk tetap bersahabat selamanya.
Mereka sedang duduk melingkar, ditengahnya pun terdapat sebuah botol plastik. Mereka sudah bersiap dan saling mengucapkan janji. ‘Ayo Kezia cepet!” perintah Christy dengan cepat. Kezia menarik nafasnya dalam-dalam. “okey gue janji. Pertanyaan apapun bakal gue jawab, dan perintah apapun bakal gue laksanain” tegas Kezia sambil tersenyum kecut. Sebenarnya ia sudah menolak habis-habis an permainan yang menurutnya sangat konyol. Tapi kedelapan temannya tetap saja memaksa.
“okey, gue puter yaa” kata Cherly kemudian memutar botol plastik tersebut. Dalam hati Kezia berucap agar botol itu tidak berhenti dihadapannya. BINGO! Botol itu berhenti menghadap ke Novi. "Okey Nooey! truth or dare?” ujar Felly sambil tersenyum riang. Novi menatap teman-temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan senang. “Truth aja deh, gue lagi males berdiri” jawab Novi seenaknya.
“lo naksir sama Alvin?” inilah truth yang dikeluarkan oleh salah satu diantara mereka, Christy. Novi menatap Christy heran. Bukankah Christy yang suka dengan Alvin? Batin Novi terheran-heran. Kalau memang Christy yang naksir Alvin, kenapa pertanyaan itu harus ia lontarkan pada Novi.
“engga” jawab Novi cepat. Ya memang tidak, Novi tidak pernah menyukai Alvin. Christy menatap Novi tajam. “truth itu jujur lho Nov, gak boleh bohong” nada bicaranya terdengar menyindir. Novi tersenyum kecut. “gue tau dan gue bukan anak TK” jawab Novi seadanya. Chrosty hanya menatap sinis kearah Novi. Bagaimana bisa Novi tak menyukai Alvin? Beberapa kali Christy suka melihat Novi sedang berdua dengan Alvin dikampus, kadang di perpustakaan, kantin, ataupun ngobrol berdua dikoridor. Mana mungkin salah satu dari mereka tidak ada yang memiliki perasaan lebih?
“udahlah, yang penting Novi berusaha jujur. Gue puter lagi ya” Steffy memustuskan tatapan tajam Christy kemudian memutar botol tersebut, agar semua mata fokus pada botol itu. “KEZIA!” pekik Felly senang. Kezia melongo, sedari tadi ia memang tidak memperhatikan kemana gerak-gerik botol itu. “gak usah bengong deh, truth or dare?” tanya Angel senang. Kezia terdiam kemudian berfikir sejenak. ‘kalau truth gue harus jujur, tapi mereka bakal nanya apa ya? Kalau gue pilih dare, kira-kira mereka bakal apa?’ batin Kezia tidak berhenti bergumam.
“Truth deh, gue gak mau kalian ngerjain gue lagi” kata Kezia mantap. Felly, Angel, dan Steffy malah cekikikan mendengar ocehan dari sahabatnya itu. Mereka ingat betul saat mereka bermain truth or dare minggu lalu, kezia memilih dare dan mereka pun menyuruh kezia tidur diluar. Bagaimana tidak menyebalkan?
“udah mandi belum?”
“udah mandi belum?”
“terakhir pacaran kapan?”
“lagi suka sama siapa di kampus?”
“lagi suka sama siapa di kampus?”
Kezia berdecak kesal. Bagaimana bisa semuanya melontarkan pertanyaannya. Kezia merapihkan sedikit rambutnya, menyelipkan rambutnya kebelakang dau telinganya. “oke, karena jawab doing gratis gue jawab semuanya” kata Kezia mantap kemudian membenarkan posisi duduknya.
“untuk pertanyaan Felly oke jujur, gue emang belom mandi. Gue mandi tadi pagi sebelum ke kampus, balik dari kampus gak mandi lagi” Kezia menjawabnya sambil cengengesan. “iihh bauuu” Felly, Steffy, Cherly, dan lainnya sontak menutup hidungnya, berlagak meledeki Kezia. “gak bau keles” Kezia mengangkat tangannya sendiri kemudian mengendus ketiaknya.
“dan jawaban dari Cherly, eeenngg terakhir itu pacaran kelas 2 SMA, pas mau naik kelas 3. Gue putusin Riyant karena mau fokus untuk ujian” jawab Kezia lagi. Dan tanggapan dari kedelapan temannya hanya ber-o ria.
“jawaban yang terakhir?” nada ucapan Christy terdengar sangat menyindir. Ia hanya ingin tahu siapa sih yang sedang disukai temannya ini. “gak ada, gue gak naksir siapa-siapa. Jujur gue belum move on dari Riyant” jawab Kezia lancar kemudian tersenyum.
“jawaban yang terakhir?” nada ucapan Christy terdengar sangat menyindir. Ia hanya ingin tahu siapa sih yang sedang disukai temannya ini. “gak ada, gue gak naksir siapa-siapa. Jujur gue belum move on dari Riyant” jawab Kezia lancar kemudian tersenyum.
“Alvin?” tiba-tiba Ryn menyeletuk membuat semua mata menatapnya bingung. Kezia pun ikut bingung, ngapain Ryn menanyakan perihal dirinya dan Alvin. Kezia memang tahu bahwa Alvin menyukainya, ia tahu dari Novi yang membantu Alvin untuk mendekati Alvin dengan Kezia. Tapi Kezia sendiri tidak terlalu menanggapi soal itu.
“cuma temen”
“cuma temen”
”kenapa jadi pada mellow? Puter lagi ya” Angel pun memutarkan botolnya. Kemudian tersenyum devil saat botol itu hampir menghabiskan tenaga untuk berputar. “gak pake lama, Truth or Dare Kez?” lagi-lagi botol itu menghadap ke arah Kezia, benar-benar membuat muak.
“dare deh, gue capek di ubek-ubek” jawab Kezia. Yang lain bertatapan bingung. “diubek-ubek? Apanya?” tanya Gigi polos. “kayak tadi tuh, nanya pada seenaknya”
“yaudah gue pilih dare deh, cepatan gue ngantuk nih” Kezia mengangkat tangannya kemudian melihat jam tangan kuning yang melingkar pada pergelangan tangannya yang berwarna kuning langsat.
“lo pacarin Alvin. Dalam waktu 3 hari lo harus udah pacaran, gak lama kok cukup 2 minggu”
“HAH?!?” kedelapan gadis itu menatap Christy kaget sambil membulatkan mulutnya.
“HAH?!?” kedelapan gadis itu menatap Christy kaget sambil membulatkan mulutnya.
***
Kezia duduk diatas kasur nya bersama Novi dan Felly, Kezia menatap kedua temannya yang memang lebih dekat dengannya dengan tatapan sayu. “gimana caranya gue pacarin Alvin coba?” ujar Kezia malas. Felly dan Novi menatap Kezia iba. “tapi itu yang udah lo pilih, lo juga udah janji sebelum permainan dimulai.” Jawab Felly membuat Novi mengangguk-angguk.
“mending lo deketin dia aja, terus lo ngomong tentang pacaran-pacaran gitu, pancing dia buat nembak lo” kata Novi diiringi anggukan dari Felly, pertanda bahwa ia setuju dengan ucapan temannya itu. “waktunya tinggal 2 hari lagi lho Kez, takut gak keburu” kata Felly pelan.
Kezia mengangguk mengerti. Kalau Kezia benar-benar manjadikan Alvin pacarnya, lalu bagaimana dengan Christy? Bukankah Christy menyukai Alvin? Tapi ini memang perintah dari Christy, kan? Jadi Kezia sudah yakin bahwa Christy akan tahu dampak dari ini.
TENNG!!
TENNG!!
Handphone Kezia berbunyi tanda sebuah pesan singkat masuk. Kezia membukanya kemudian tersenyum kecut.
From : Christy Unu
Inget ya lo gak suka sama Alvin, gue suruh lo pacarin dia hanya karena dare dari permainan kita. Jadi gue harap lo gak akan pernah ada rasa cinta. Inget lo!
Kezia masih tersenyum kecut. Ia benar-benar tidak yakin kalau ini hanya karena permainan mereka kemarin. Kezia yakin pasti ada maksud lain dari semua ini. Apa? Entahlah…
***
Kezia berdiri didepan sebuah kelas, yang didalam nya masih ada seorang laki-laki paruh baya memakai kacamata besar, seorang dosen yang sedari tadi belum keluar. Sesekali Kezia melongo ke dalam untuk memastikan, sudah keluarkah dosen tersebut. Ternyata jawabannya masih sama, belum.
From : Christy Unu
Inget ya lo gak suka sama Alvin, gue suruh lo pacarin dia hanya karena dare dari permainan kita. Jadi gue harap lo gak akan pernah ada rasa cinta. Inget lo!
Kezia masih tersenyum kecut. Ia benar-benar tidak yakin kalau ini hanya karena permainan mereka kemarin. Kezia yakin pasti ada maksud lain dari semua ini. Apa? Entahlah…
***
Kezia berdiri didepan sebuah kelas, yang didalam nya masih ada seorang laki-laki paruh baya memakai kacamata besar, seorang dosen yang sedari tadi belum keluar. Sesekali Kezia melongo ke dalam untuk memastikan, sudah keluarkah dosen tersebut. Ternyata jawabannya masih sama, belum.
Kezia terdiam memikirkan nasibnya, memikirkan apa yang akan dipikirkan oleh Alvin saat ia mendekatinya. Padahal Alvin tahu sejak dulu Kezia tidak pernah mendekatinya. Tapi sekarang, tiba-tiba…
“Kezia!” terdengar pekikan dari sebelah Kezia, membuat gadis berambut hitam itu menoleh. Kezia tersenyum kecil menatap laki-laki itu. Terlihat jelas bahwa laki-laki itu teramat senang, pancaran matanya sangat menunjukan kebahagiaan. “Al, ada waktu gak? Jalan yuk…” ajak Kezia hati-hati. Dengan cepat dan tanpa berfikir Alvin pun mengangguk cepat. “YUK! Kemana pun dan kapan pun bakal gue anter” ujar Alvin dengan nada semangat.
“Kezia!” terdengar pekikan dari sebelah Kezia, membuat gadis berambut hitam itu menoleh. Kezia tersenyum kecil menatap laki-laki itu. Terlihat jelas bahwa laki-laki itu teramat senang, pancaran matanya sangat menunjukan kebahagiaan. “Al, ada waktu gak? Jalan yuk…” ajak Kezia hati-hati. Dengan cepat dan tanpa berfikir Alvin pun mengangguk cepat. “YUK! Kemana pun dan kapan pun bakal gue anter” ujar Alvin dengan nada semangat.
Kezia hanya tersenyum kecil saat mendengar kegirangan yang ditonjolkan oleh sikap Alvin ini. ‘kalau dia tau yang sebenernya gimana ya?’
Kezia mengulurkan tangannya pada Alvin, memperintahkan Alvin untuk menggandengnya. Bukan karena apa-apa, agar Alvin menjadi enjoy dan tidak terlalu gugup saat bersamanya. Ini termasuk kali pertama Alvin sedekat ini pada Kezia, setelah hampir 1,5 tahun Alvin mengagumi Kezia dari jarak jauh.
Hampir perjalanan mencapai 1 jam, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat makan, mereka pun sudah memesan makanan. Sungguh, Alvin benar-benar gugup berada sedekat ini dengan Kezia. “Al, sekarang lagi sibuk apa selain kuliah?” tanya Kezia basabasi. Alvin berusaha tersenyum seperti biasa, dan menghilangkan kegugupannya.
“lagi seneng main gitar aja, jadi kadang suka nge-band sama temen-temen. Lo?” Alvin balik bertanya. Ia ingin mengabadikan momen ini dalam hidupnya, jadi ia benar-benar ingin menciptakan suasana yang romantis. “gue juga, temen-temen lagi pada suka nge-dance, ya kalu sempet gue ikutan aja” jawab Kezia sambil tersenyum manis.
Hampir perjalanan mencapai 1 jam, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat makan, mereka pun sudah memesan makanan. Sungguh, Alvin benar-benar gugup berada sedekat ini dengan Kezia. “Al, sekarang lagi sibuk apa selain kuliah?” tanya Kezia basabasi. Alvin berusaha tersenyum seperti biasa, dan menghilangkan kegugupannya.
“lagi seneng main gitar aja, jadi kadang suka nge-band sama temen-temen. Lo?” Alvin balik bertanya. Ia ingin mengabadikan momen ini dalam hidupnya, jadi ia benar-benar ingin menciptakan suasana yang romantis. “gue juga, temen-temen lagi pada suka nge-dance, ya kalu sempet gue ikutan aja” jawab Kezia sambil tersenyum manis.
“gilak ini cewek, manisnya kebangetan!” gumam Alvin dalam hati sambil terus memandang wajah Kezia. Kezia yang ditatap hanya tersipu malu.
***
Ini sudah hari ke tiga, mungkin sebentar lagi Kezia atau Alvin akan menyatakan perasaannya. Tapi jangan kira tidak ada kesal atas kedekatan mereka. Kezia dan Alvin sudah sangat terlihat dekat, bahkan yang tidak mengenalnya bisa berfikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih. “awas lo Kez!” umpat seorang gadis dari balik pohon.
Langkah nya digerakan lebih cepat dari sebelumnya, sepertinya ia sudah keluar dari persembunyiannya, kini ia berlari mengejar seseorang sambil dibelakangnya ada dua orang yang mengikutinya. “Christy… lo ngapain sih lari-lari” teriak Novi kesal. Christy sama sekali tidak menghiraukannya, ia terus berlari mencari seseorang.
“Alvin...” panggil Christy, saat ia sedang berada dikantin kampus bersama Kezia. Alvin menoleh kemudian tersenyum dan mengangkat kedua alisnya, seperti memberi pertanyaan ada ada apa.
“lo lagi deket sama dia, kok bisa? Bukannya dari dulu Kezia gak mau deket sama lo?” tanya Christy sambil menatap Kezia dengan sinis.
“lo lagi deket sama dia, kok bisa? Bukannya dari dulu Kezia gak mau deket sama lo?” tanya Christy sambil menatap Kezia dengan sinis.
Tiba-tiba terdengar suara nafas tergesa-gesa. “lo ngapain sih lari-lari? Capek tau gak!” omel teman Christy, Felly.
Christy tidak memperdulikan kedua temannya itu, ia segera menoleh lagi menatap Alvin. Menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Alvin.
Christy tidak memperdulikan kedua temannya itu, ia segera menoleh lagi menatap Alvin. Menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Alvin.
“ya itu dulu, gue rasa sekarang Kezia bakal buka hati buat gue. Gue gak peduli lah yang dulu” jawab Alvin kemudian sambil tersenyum menatap Kezia yang sedang memasang wajah takut. Ia takut Christy, akan membongkarnya.
“apa lo gak kepikiran, kalau lo lagi dijadiin bahan taruhan sama Kezia?” ucapan Christy berhasil membuat Felly, dan Novi membulatkan matanya. Bukan hanya mereka, Kezia pun sama. Rasanya ke-khawatirannya mulai menjadi. Christy apa-apaan sih, batin Novi kesal.
“jadi gini, kemaren itu kita main truth or dare. Nah Kezia pilih dare, terus dikasih tantangan buat macarin lo dalam waktu 3 hari selama 2 minggu” ucap Christy lagi. Alvin mengangkat kedua keningnya. Dia tidak mempercayai sama sekali ucapan Christy. “gak percaya? Fel, Nov, coba dong jelasin” ujar Christy pada kedua temannya.
“bener kaya gitu?” Alvin menatap Felly dan Novi secara bergantian, menunggu siapa yang akan membuka mulut terlebih dahulu. Tanpa suara mereka berdua pun mengangguk.
“bener Kez?” kini tatapan Alvin berpindah pada Kezia. Kezia mengangguk kecil. “maaf...” Alvin memukul meja kemudian segera pergi meninggalkan kantin tersebut. Felly dan Novi pun menatap Christy tajam. “kok lo gitu sih, bukannya ini tantangan dari lo?” Felly menatap Christy geram.
“emang bener. Terus kenapa?” Christy tetap saja memasang wajah tak bersalahnya. Kezia hanya diam berusaha menahan air matanya yang sudah meronta-ronta ingin dikeluarkan.
“emang bener. Terus kenapa?” Christy tetap saja memasang wajah tak bersalahnya. Kezia hanya diam berusaha menahan air matanya yang sudah meronta-ronta ingin dikeluarkan.
“elo yang suruh Kezia lakuin ini, dan lo juga yang bilang ke Alvin. Mau lo apasih?” bentak Novi kesal. Christy tersenyum miring. “mau gue? Lo mau tau mau gue? Mau gue lo gak bantuin Alvin lagi buat deketin ke Kezia, dan gue mau Alvin beci sama lo Kez” ucap Christy dengan nada tinggi. Sepertinya ia tidak rela kalau Alvin tetap mencintai Kezia, dan ternyata ini masalahnya?
“Ohh mau lo itu, mau gue lo pergi jauh-jauh dari hidup gue!” tiba-tiba seorang laki-laki datang, membuat mata sipit Christy membulat.
“A..Al..Vin?!?” Christy tak percaya dengan siapa yang ada dihadapannya sekarang.
Kezia sudah tidak sabar akan sikap sahabatnya itu kemudian berdiri. “gue gak sadar lho, hampir 5 tahun gue temenan sama orang licik kaya lo!” Kezia segera pergi meninggalkan kantin.
Kezia sudah tidak sabar akan sikap sahabatnya itu kemudian berdiri. “gue gak sadar lho, hampir 5 tahun gue temenan sama orang licik kaya lo!” Kezia segera pergi meninggalkan kantin.
“Keziaaa…” Felly dan Novi segera berlari mengejar Kezia yang sudah pergi terlebih dahulu.
Alvin menatap Christy tajam “gue gak nyangka ya, ternyata ada sahabat yang rela nyakitin sahabatnya sendiri” Alvin menunjuk wajah mungil Christy dengan telunjuknya. Membuat Christy sedikit tersentak.
“jangan pernah ganggu gue dan Kezia lagi!” bentaknya kemudian segera pergi meninggalkan Christy yang masih terbengong-bengong.
“jangan pernah ganggu gue dan Kezia lagi!” bentaknya kemudian segera pergi meninggalkan Christy yang masih terbengong-bengong.
***
Terlihat seorang gadis tengah duduk di keliling beberapa gadis lainnya, ia sibuk menyeka wajahnya yang sudah lebam dengan air mata. “asli ya gue gak percaya Christy kaya gitu” ujar Cherly yang terus berjalan mondar-mandir sambil bertolak pinggang. “dia yang kasih tantangan tapi dia yang bocorin. Dia naksir Alvin atau gimana sih?” ucap Steffy kemudian. Semua menatap kearah Ryn.
“kenapa pada ngeliatin gue? Mau tanya sama gue? Gue gak tau apa-apa, emang gue temen deketnya tapi gue gak pernah tau kalau dia selicik ini” ucap Ryn sinis. Yang lain tetap berusaha menenangkan Kezia yang saat ini tengah terisak kencang.
“Keziaaa..” terdengar jelas seorang laki-laki memanggil namanya, membuat Kezia diam sejenak kemudian menoleh. “maaf ya, aku percaya Christy gitu aja” kata laki-laki itu yang ternyata Alvin. Dengan cepat satu persatu temannya meninggalkan Kezia dan Alvin, membiarkan kedua manusia ini membicarakan hal yang harus dibicarakan.
“harusnya aku yang minta maaf, deketin kamu hanya karena permainan bodoh itu. Tapi—“
“harusnya aku yang minta maaf, deketin kamu hanya karena permainan bodoh itu. Tapi—“
“tapi kamu emang bener-bener suka sama aku kan?” tanya Alvin dengan tatapan penuh harapan, Kezia tersenyum kecut kemudian menepuk bahu Alvin. “sorry Al, yang suka sama lo itu Christy, bukan gue”
DUUAARRR!! Kini ucapan Kezia benar-benar membuat hatinya meledak-ledak tak karuan. Ia sakit hati, sakit sekali. Kenyataan yang begitu pahit.
“percayalah, apapun dan siapapun yang memang sudah ditakdirkan untukmu, ia akan datang dan menjadi milikmu selamanya”
“percayalah, apapun dan siapapun yang memang sudah ditakdirkan untukmu, ia akan datang dan menjadi milikmu selamanya”
-THE END-
Thursday, December 11, 2014
(Oneshoot) Mantan Terindah
Title : MANTAN TERINDAH
Genre : HURT, SAD
Cast :
ANISA RAHMA AS HERSELF
BISMA KARISMA AS HIMSELF
MARGARETH ANGELINA AS HERSELF
mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku
dan saat ini engkau selalu ingin bertemu
dan mengulang jalin cinta
mau dikatakan apa lagi
kita tak akan pernah satu
engkau disana, aku disini
meski hatiku memilihmu
andai ku bisa ingin aku memelukmu lagi
dihati ini hanya engkau mantan terindah
yang selalu kurindukan....
(Raisa - Mantan Terindah)
______________________________________________
Anisa menatap sebuah kumpulan surat-surat yang tergeletak secara sembarang di atas meja belajarnya. Surat-surat dengan cover berbeda-beda, ada bergambar hati-hati, ada balon, ada bintang-bintang, bunga-bunga, dan masih banyak lagi. Meskipun bercover beda-beda, tapi sebuah nama yang sama terpampang jelas di bagian depan surat tersebut. Bisma Karisma.
Bisma Karisma adalah seorang laki-laki di sekolahnya, dia memang tidak cukup populer, tapi dia mampu menyita perhatian, waktu, fikiran Anisa. Bisma ini juga mantan kekasih Anisa. Mereka pernah berpacaran hampir 1 tahun, kemudian kandas begitu saja karena Bisma yang memutuskannya.
Anisa menundukan kepalanya dan memejamkan matanya kuat-kuat, mencoba membawa fikirannya kembali ke hari-hari yang lalu. Dimana Bisma mengacuhkannya, dimana Bisma mengabaikannya, dimana Bisma tak menganggap Anisa ada.
”Mungkin ini adalah titik kejenuhan lo, Nis” Anisa mengusap kasar wajahnya. Sepertinya ini adalah akhir dari semuanya. Sudah cukup Anisa membuang waktunya dengan sia-sia, membuang tenaganya dengan sia-sia hanya untuk sekedar mengingat ataupun memikirkan Bisma. Membuang tenaganya hanya karena Bisma tersenyum padanya, dan Anisa akan senang sepanjang hari. Anisa rasa itu semua cukup, cukup sampai disini.
”Gue gak mau ngerasain sakit lebih dari ini” ujar Anisa kemudian. Anisa selalu mengirimkan surat-surat pada Bisma yang berisi tentang perasaan hatinya, Anisa mengungkapkan semuanya pada Bisma melalui surat itu. Memang tak ada satu pun yang dibalas ataupun direspon oleh Bisma, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan semangat Anisa untuk berusaha kembali bersama Bisma, mantan terindahnya.
Tapi sepertinya ini adalah titik kejenuhannya. Karena setiap manusia pasti memiliki titik jenuh dan bosan. Saat seseorang sudah bosan untuk bertahan maka dia pergi, dan saat seseorang sudah bosan untuk mengejar maka dia akan berhenti. Ya, ini Anisa. Ia sudah terlalu bosan untuk mengejar Bisma yang terus saja berlari menjauhinya, dan kini saatnya Anisa berhenti kemudian berbalik badan dan berlari menjauhi Bisma ke arah yang berlawanan.
”Okey, gue rasa semuanya cukup. Gue bakal rela in lo buat Angel, Bis!”
***
Sudah berjalan 5 hari, Anisa benar-benar tidak lagi mengirim apapun untuk Bisma. Sikap-sikap Anisa pun bisa Bisma rasakan sangat berbeda. Bisma melirik Anisa yang tengah mengobrol dengan teman-temannya. Anisa memang terlihat sangat cantik saat sedang tertawa seperti itu.
Dalam hatinya, Bisma memang masih sangat menyayangi Anisa. Mantan kekasihnya yang menurut Bisma paling beda dari yang lainnya. Bisma melirik sedikit ke Angel yang duduk di belakang Anisa. 'Kalau cantik kamu yang menang, Nis' lirih Bisma dalam hati sambil bergantian menatap Anisa dan Angel.
Sebenarnya Bisma sangat merespon surat-surat Anisa. Beberapa kali Bisma berniat ingin membalasnya, namun cepat-cepat ia urungkan karena ia masih ingin melihat seberapa kuat Anisa bertahan. Tapi kenapa akhir-akhir ini Anisa berhenti.
Tangan Bisma bergerak ke bawah meja, seperti mencari sesuatu di rak meja nya. Saat tangannya tidak mendapatkan apa-apa, kini kepalanya ikut menoleh ke bawah meja. Tetap nihil, tidak ada apapun dibawah sana. ”Gak ada surat lagi?” Ujar Bisma kemudian mengusap kasar wajahnya.
Ya, sudah hampir 5 hari ini Bisma tak mendapatkan surat-surat romantis dari Anisa. Kenapa dengan gadis itu? Pada hari pertama, Bisma berfikir. 'Mungkin sepulang sekolah Anisa bakal ngasih' dan hasilnya tetap nihil sampai pulang sekolah Anisa tidak juga memberikan surat. Pada hari kedua Bisma kembali berfikir. 'Hari ini kan banyak tugas mungkin semalem dia ngerjain tugas kali ya' okey dengan susah payah Bisma mencoba menerimanya.
Pada hari ketiga, tidak ada lagi surat romantis itu. Bisma mencoba berfikir positif. 'Tadi sore dia ada ekskul kan ya, mungkin aja kecapean' pada hari ke empat Bisma terus berfikir dengan alasan yang berbeda berharap salah satu itu menjadi nyata. 'Mungkin Anisa kecapean terus ketiduran deh, makanya dia gak sempet nulis surat'. Untuk hari ini, sepertinya Bisma harus berhenti berfikir positif. Cobalah berfikir negatif Bisma. Bisa saja Anisa kehabisan uang untuk membeli kertas dan amplop, atau Anisa kehabisan tinta pulpen, atau mungkin Anisa kehabisan kata-kata, atau bisa saja Anisa kehabisan kesabaran karena menunggumu?
”Bengong terus” sebuah tangan menyentuh bahunya. Bisma segera menoleh terkejut. Angel. Bisma membuang nafas kasar saat ia mengetahui bahwa yang ternyata mengagetkannya adalah kekasihnya sendiri. Entahlah meskipun Angel ini kekasihnya, Bisma sama sekali tidak menganggap ataupun merasa bangga memiliki status tersebut.
”Engga bengong kok, cuma mikirin tugas aja” dusta Bisma sambil tersenyum kecil. Mata Bisma mengikuti tubuh Anisa yang berjalan keluar kelas. Bisma segera berdiri. ”Angel aku ke toilet dulu yaaa” Bisma segera keluar dari kelasnya. Angel mendengus kesal kemudian kembali ke tempat duduknya.
”Anisa... Anisa...” mendengar namanya dipanggil, gadis manis ini menghentikan langkahnya kemudian menoleh. Anisa mengangkat kedua alisnya, seperti memberi jawaban ‘ada apa?’ pada Bisma. Bisma segera mendekati Anisa kemudian berjalan mendahului nya menuju sebuah kursi yang terletak di koridor sekolah.
Setelah Bisma sudah duduk, ia menatap Anisa yang sedang menatapnya dengan tatapan heran, tatapan penuh tanda tanya. Seperti mengerti Anisa, Bisma segera tersenyum. “duduk dulu…”
Mendengar perintah Bisma, Anisa pun segera duduk disamping Bisma. Meskipun Anisa sudah berniat menghapus perasaan dan harapannya untuk Bisma, tetapi jantungnya akan selalu tetap bekerja lebih cepat dari biasanya ketika Anisa berdekatan dengan Bisma. Ya, seperti sekarang ini.
“kenapa nge-jauh, kenapa ga pernah ada sms ataupun bbm aneh dari lo, surat-surat yang biasanya gue terima setiap pagi juga udah ga pernah muncul. Kenapa, Nis?”
DEEGG!!
“kenapa?” gumam Bisma sekali lagi, tapi kini nada bicara nya terdengar sangat parau. Anisa mengangkat sedikit kepalanya membuat Bisma tercekat saat harus menatap mata Anisa yang sekeliling bola matanya berwarna sedikit kemerahan.
“gue udah capek Bis, gue capek ngejar lo” Anisa menatap Bisma tajam. Tatapan penuh dengan tatapan kecewa, nada bicaranya pun terdengar sangat bergetar.
“sedangkan lo nya, selalu lari ngejauhin gue. Kapan gue dapetnya kalau lo terus aja lari?” kata Anisa lagi, Bisma semakin dalam menatap mata Anisa. Mata indah iu sudah benar-benar diselimuti cairan-cairan bening. Membuat Bisma memegangi dadanya, menahan sesak yang kini hinggap pada tubuhnya.
“seperti yang pernah gue bilang sebelumnya. Akan ada saatnya gue berhenti mengejar, dan berhenti berusaha. Dan gue rasa, ini udah saatnya” Bisma sama sekali belum mengeluarkan sepatah katapun. Air mata Anisa sudah benar-benar meluncur membasahi pipi mulusnya.
“maaf” lirih Bisma. Anisa menarik nafasnya berat kemudian menghapus secara kasar air mata yang telah membasahi wajah mulusnya itu. Ia menatap wajah Bisma sembari mengangguk-angguk.
“selalu, tanpa lo minta maaf gue selalu maafin lo kok. Gue maafin lo karena lo cuekin gue, karena lo mengabaikan gue, dank arena lo gak pernah anggap gue ada. Gue selalu maafin lo Bis, gue–“ Anisa tak bisa menahan air mata yang kembali mengalir itu, sepertinya untuk sekedar berbicara saja susah. Anisa tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menunduk dan kini kedua bahunya sudah bergetar dengan hebat. Bisma segera menarik tubuh Anisa ke dalam dekapannya, mencoba memberi ketenangan untuk gadis tersebut.
Bisma merasakan Anisa sedang berusaha melepas pelukannya, membuat Bisma kembali menahan sakitnya. Segitu marahnya kamu sama aku, Nis? Sampai aku peluk aja kamu nolak. Batin Bisma berteriak. Dengan terpaksa akhirnya Bisma melepaskan pelukan Anisa. Kini Anisa sudah tersenyum menatapnya dan sedang menghapus sisa air matanya.
“jangan pernah kasih gue harapan Bis, kalau pada kenyataannya lo gak bisa balik ke gue dan mutusin Angel” ujar Anisa sambil tersenyum. Bisma sedikit terhenyuk mendengar ucapan Anisa, sekaligus terhenyuk karena ucapan Anisa.
Anisa benar, Bisma tak pantas memberi Anisa harapan karna pada kenyataannya Bisma tak pernah bisa memilih. Tunggu, Bisma mudah saja memutuskan Angel. Cuma ia masih mengingat janjinya dulu pada Anisa untuk tidak menyakiti perempuan lain selain Anisa. Tapi ini sudah berbeda keadaannya. Mau tidak mau Bisma harus menyakiti Angel, agar ia bisa kembali bersama Anisa.
Bisma segera berdiri kemudian meninggalkan Anisa disitu dan berjalan kekelasnya. Perlakuannya ini membuat Anisa terlonjak kaget. Kenapa Bisma tiba-tiba pergi gitu aja.
Bisma berjalan memasuki kelasnya, matanya menyebar mencari keberadaan Angel. Saat ia menemukan Angel, dengan cepat ia menghampiri Angel kemudian menggenggam tangannya. “ada yang mau aku omongin” kata Bisma dengan nada lembut.
Kebetulan pada saat itu kelas dalam keadaan hening, membuat seluruh mata yang ada dalam ruangan ini menatap Bisma dan Angel yang sedang berdiri dihadapan papan tulis. Angel menatap Bisma sambil tersenyum manis. “kenapa Bis?”
“aku mau kita putus”
DUAR!! Seketika kelas menjadi lebih hening dari sebelumnya, seluruh mata benar-benar menjuru pada dua orang ini. Angel menatap Bisma bingung sambil tersenyum kecut. Senyum penuh arti.
“aku ada salah sama kamu, apa?” tanya Angel dengan nada kencang. Bisma menggeleng sembari tersenyum. “enggak kamu gak ada salah, justru aku yang ada salah sama kamu”
Pandangan Angel tiba-tiba beralih pada pintu, kebetulan memang Angel berhadapan dengan pintu. Angel segera menghampiri Anisa yang baru saja masuk kedalam kelas. Ia yakin, peristiwa ini pasti ada hubungannya dengan Anisa, karena sebelumnya Bisma dan Anisa sama-sama dari luar.
PLAK!!
Mendapat tamparan dari Angel, membuat Anisa sontak memegangi pipinya yang terasa memanas. Anisa segera menatap Angel dengan tatapan tanda tanya. Apa Angel sadar saat melakukan ini?
Dikelas, Anisa dan Angel memang bukanlah sekumpulan orang-orang yang selalu berkumpul bersama. Maksudnya Anisa dan Angel ini tidak dekat. Angel memiliki kelompok sendiri begitupun dengan Anisa. Untuk mengobrol saja tidak pernah, selain Angel yang terlalu cuek Anisa pun malas dengan sifat orang seperti itu. Tapi jika sudah perlu, mereka bisa saja terlihat seperti teman dekat.
“pasti lo kan yang nyuruh Bisma buat mutusin gue?” bentak Angel pada Anisa, membuat Anisa mengkerutkan keningnya tak percaya. “gue tau lo masih ngejar-ngejar cowok gue kan? Lo masih ngarepin Bisma kan? Ya ampun Anisa, lo itu cantik. Please jangan bego. Cowok yang lebih baik dari Bisma tuh banyak. Gak usahlah ngerusak hubungan orang” kata-kata Angel benar-benar menusuk ulu hati Anisa. Anisa benar-benar merasa terhina. Di hina seperti ini di depan kelas, lebih dari 30 pasang mata menatapnya. Mau ditaruh dimana harga dirinya?
“Bisma tuh udah gak mau sama lo” lanjut Angel kemudian. Anisa makin menatap heran. Ia masih belum mengerti sepenuhnya ucapan-ucapan Angel.
“lo yang gue udah gak mau, Ngel! Bukan Anisa, gue lebih mau sama dia!” kini Bisma angkat bicara. Dan ucapannya berhasil membuat Anisa menoleh kearahnya.
“lo liat kan, gara-gara lo Bisma nge-duain gue!”
“bukannya lo juga ngeduain Bisma sama Morgan ya?” Anisa melirik sebentar ke Morgan yang berada disebelah kanannya. Angel tergagap saat ia mendengar ucapan Anisa. Bagaimana Anisa tahu. Hal itu juga terjadi pada Bisma, ia benar-benar tak menyangka gadis selugu Angel bisa melakukan ini.
“gue gak pernah pacaran sama Morgan, gimana bisa gue ngeduain Bisma?” Angel menatap Anisa tajam. Anisa tersenyum kecil.
“emang kalau ngeduain itu berarti macarin ya/ dan lo pikir apa gue pacaran sama Bisma, sampe-sampe lo bilang Bisma nge-duain lo sama gue?” Anisa makin menatap Angel dengan tatapan devil nya. Sungguh ia sangat menyukai situasi ini, ia senang bisa memojokan Angel karena memang inilah yang ia tunggu.
“mungkin Bisma emang gak tau kalau lo ngeduain dia sama Morgan. Tapi maksud ngeduain disini tuh bukan macarin ya. lo juga naksir Morgan kan, padahal lo udah Bisma. Apa itu kurang?”
“Saat lo ngeduain Bisma, lo juga akan diduain, Ngel. Hidup ini adil, dan karma selalu berlaku” ujar Anisa pada Angel. Angel sedikit menundukan kepalanya menerima ucapan Anisa, begitupun dengan Bisma.
“mungkin saat ini gue emang sayang sama Bisma segitu besarnya, dan gue yakin suatu saat bakal ada orang yang sayang sama gue segitu besarnya juga” lanjut Anisa sambil sesekali melirik Bisma.
“dan saat ini gue emang ngejar-ngejar Bisma banget, dan gue yakin entah kapan itu Bisma bakal ngejar-ngejar gue. Karma itu berlaku” lanjut Anisa kemudian. Langkahnya bergerak untuk segera pergi, tapi dengan cepat Bisma menahan pergelangan tangan Anisa sebelum Anisa pergi.
“tadinya gue mau percaya sama lo lagi. Tapi gue rasa itu akan jadi kesalahan terbesar gue. Karena pada nyatanya, lo gak bisa berhenti nyakitin perempuan. Lo gak tau kan seberapa malunya Angel? Selama lo gak bisa menghargai orang lain selama itu juga lo gak akan pernah dihargai Bis!” Anisa membanting kasar tangan Bisma kemudian segera berlalu pergi meninggalkan Angel, Bisma, dan keadaan hening kelas.
Bisma pun ikut berlari mengejar Anisa keluar kelas. “Nis gue lakuin ini buat lo…” Bisma berusaha berjalan dengan lebih cepat berusaha menyamai langkah Anisa yang juga besar-besar.
“dan gue lakuin ini juga buat lo. Supaya lo sadar dan gak nyia-nyiain orang yang sayang sama lo” lanjut Anisa sambil tetap melanjutkan langkahnya. Entahlah, kemana tujuan Anisa melangkah biarkan ia mengikuti langkah kakinya.
“gue gak pernah nyia-nyiain lo” ucapan Bisma berhasil membuat Anisa menghentikan langkahnya. Bisma tersenyum lebar saat Anisa menatapnya. “lo gak nyia-nyiain gue? Cerita versi siapa?” Anisa mengkerutkan keningnya sambil terkekeh penuh ledekan. Anisa benar-benar meledek Bisma, Bisma yang bisa mengatakan bahwa ia tidak menyia-nyiakan Anisa.
Pada kenyataannya, Bisma sangat teramat menyia-nyiakan Anisa. Membiarkan Anisa berjuang sendirian kurang lebih 7 bulan, dan membiarkan Anisa menangung sakit berkali-kali, andai Bisma menyakiti Anisa menggunakan benda tajam, mungkin hati Anisa sudah terbelah menjadi ribuan bagian.
“versi siapa, versi kenyataan Nis. Gue Cuma mau tau, seberapa besar lo memperjuangin gue”
“tapi lo gak pernah tau, seberapa berjuangnya gue nahan sakit karena liat lo sama Angel!” nada bicara Anisa meninggi. Beruntunglah Anisa berhenti di depan taman sekolah, bukan di depan kelas. Jika saja Anisa berhenti di depan kelas, mungkin sudah banyak orang yang menontonnya.
“okey, gue minta maaf. Tapi bener sekarang gue sadar kalau lo emang patut gue perjuangin. Gue sadar seberapa sering lo nahan sakit karena gue, seberapa sering lo nangis buat gue, dan seberapa sering lo berkorban apapun itu buat gue, gue sadar dan gue mau ki–“
“STOP BISMA, STOP!!!” Anisa menghentakan kakinya kasar, nafasnya memburu seperti sedang menahan emosi. Meskipun terlihat sedang marah. Buliran-buliran beningnya tidak bisa ia tahan untuk tidak keluar, Anisa sudah menangis sejak tadi.
“karena sampai kapan pun, elo dan gue gak akan pernah lagi jadi kita. Cukup Bis, cukup sampai disini. Semua udah selesai!!” kini Anisa benar-benar pergi meninggalkan Bisma, dan Bisma pun tak berusaha mengejarnya. Mungkin ia sudah sadar apa kesalahannya.
Bisma menjatuhkan tubuhnya pada bangku taman. Ia menjabak kasar rambutnya sendiri. Menyesali perbuatannya selama ini. Andai saja ia tidak menge-test perasaan Anisa lebih jauh, mungkin saja Anisa tidak akan merasakan sakit seperti ini. Andai saja ia tidak memutuskan Angel dihadapan teman-temannya, mungkin saja Anisa bisa kembali percaya dan bisa kembali bersamanya lagi. Tapi semua hanya andai-andai. Semua sudah berlalu dan tidak akan bisa diulang.
“lo harus perjuangin Anisa, Bis. Lo harus rasain apa yang selama ini Anisa
(Oneshoot) AKHIRNYA
Cast:
Anisa Rahma as Herself
Bisma Karisma as Himself
Nina Zatulini as Herself
Rizky Alatas as Himself
Genre:
Hurt, Friendship
Kantin kampus, segelas jus jeruk, dan semangkok bakso menemani Anisa siang ini. Iya inilah nasib seorang jomblo. Dirinya hanya sendirian karna sahabatnya, Nina belum juga hadir. Padahal sedari tadi Anisa sudah mengirim chat berkali-kali namun Anisa tetap tidak menerima balasan dari Nina.
Mata Anisa mengerjap beberapa kali saat ia melihat orang yang ia tunggu-tunggu hadir dihadapannya, bukan dimeja nya, tapi ia duduk di depan meja Anisa bersama temannya. Bukan Nina yang datang, melainkan Bisma. Laki-laki tampan yang akhir-akhir ini menyita perhatian, pikiran, dan waktunya.
Anisa tersenyum lebar menatap Bisma yang kini sedang bercanda bersama teman-temannya, tawanya terdengar renyah, suara seraknya terdengar merdu.
DEEGG!!! Jantung Anisa berdegup lebih kencang saat sepasang mata yang sedari tadi ia tatap ikut menatapnya. Dengan cepat Anisa menundukan kepalanya kemudian menyeruput jus jeruknya untuk menghilangkan kegugupan yang sedari tadi masih melandanya.
“HEY!” lagi-lagi Anisa dikagetkan dengan sebuah suara yang sudah tidak asing ditelinganya. Tidak merdu, tidak juga serak. “Nina, ngagetin deh” Anisa mengelus dadanya berkali-kali saking kagetnya dengan perlakuan Nina barusan. “kalau dateng itu baik-baik kenapa Nin, jangan ngagetin terus. Kamu pikir orang ga jantungan” kesal Anisa. Ini kebiasaan buruk Nina, selalu berhasil mengagetkan Anisa yang memang hobi sekali melamun.
“lagian kamunya juga hobi ngelamun sih, aku kan jadi seneng godainnya. Lagi ngelamunin apasih?” kini Nina sudah duduk dihadapan Anisa dan menyambar jus jeruk milik Anisa yang masih tersisa setengah gelas. “kebiasaan” desis Anisa pelan, sangat pelan. Nina saja tidak mendengarnya.
Nina ikut menatap apa yang Anisa tatap. “Bisma lagi?” tanyanya lembut. Anisa mengangguk kecil dan masih dengan senyumannya. Nina tersenyum menatap sahabatnya yang sedang berbunga-bunga itu. Ia tahu betul ini adalah pertama kali Anisa jatuh cinta lagi setelah beberapa tahun yang lalu ia sempat tersakiti oleh Cinta.
“mau aku bantuin ga?” ledek Nina sambil menatap Anisa iseng. Anisa menoleh cepat kearah Nina yang sedang memasang senyum menggoda. “emang berani?” tanya Anisa dengan nada serius sambil menatap Nina dalam. Ia takut sahabatnya ini mengerjainya lagi. Nina mengangguk sambil tetap tersenyum.
“tunggu disini ya…” perintah Nina kemudian ia berjalan mendekati meja Bisma yang sedang duduk berdua dengan temannya. “Nina.. heeyy” Anisa meneriaki Nina pelan agar Nina tidak nekat menghampiri Bisma.
Anisa melihat Nina berbisik kepada Bisma, kemudian mengeluarkan handphonenya. Anisa mengerit heran. Nina berani banget sih sama kakak kelas, batinnya.
Beberapa menit kemudian Nina kembali berjalan menghampiri Anisa yang masih terbengong-bengong akibat kelakuan Nina yang menurut Anisa sangat nekat itu. ”Kamu ngapain sih, Nin?” Anisa menatap Nina kesal. Ia sangat malu Nina bersikap seperti itu.
”mana handphone kamu?” tanya Nina lembut namun terdengar tegas. Anisa mengeluarkan iphone nya kemudian menyodorkan ke Nina. Nina meraihnya kemudian menekan-nekan screen iphone Nina. ”itu ada nomor Bisma udah aku save yaa” kata Nina diiringi senyum manisnya.
Anisa kembali terbengong-bengong menatap iphone nya. Meraihnya sambil menatap Nina dengan bingung kemudian menatap screen iphone nya. Disitu jelas tertera, kontak Bisma Karisma. ”WOW!” takjub Anisa bangga.
Dengan cepat Anisa berdiri kemudian memeluk Nina. Erat, sangat erat. ”makasih Nina makasih...” kemudian Anisa mencium pipi Nina berkali-kali kemudian segera berlari begitu saja meninggalkan Nina.
Nina berjalan lagi mendekati meja Bisma dan seorang temannya, Rizky. ”Makasih ya Ka..” Ucap Nina sopan. Bisma hanya tersenyum, kemudian Nina pergi meninggalkan kantin.
***
“Hayyoo.. Senyum-senyum aja nih” tiba-tiba Nina datang dan langsung bergelayut di pundak Anisa. Anisa menoleh cepat kemudian menatap tajam Nina. “kebiasaannya ga ilang-ilang ya, bikin jantungan tau ga” kata Anisa sambil memaksa Nina melepaskan pegangan pada pundaknya itu.
Akhirnya Nina melepaskan pegangannya kemudian beralih duduk disebelah Anisa yang saat ini sedang duduk di bangku koridor kampusnya. “hari ini ngelamunin apa?” tanya Nina iseng. Padahal tanpa Nina bertanya pun ia sudah tau siapa yang selalu membuat Anisa melamun. Siapa lagi kalau bukan kakak senior yang lagi Anisa taksir.
“enngg.. Kamu gimana sih bisa dapet nomor handphone nya ka Bisma? Kamu pernah kenal gitu sebelumnya sama ka Bisma ya Nin?” tanya Anisa. Kini tatapan Anisa berubah menjadi tatapan menyelidik. Nina menelan ludahnya kuat-kuat. “ya enggak lah Nis, gue aja tau ka Bisma karna lo kenalin ke gue” jawab Nina, nadanya terdengar sedikit gugup.
“ooohh, soalnya beberapa kali kalau lagi chat ka Bisma nanyain lo terus” jawab Anisa dengan santai. Nina terlihat panik. “Nis gue ke perpus dulu ya…” dengan cepat Nina menghilang dari pandangan Anisa. “datengnya ga ketauan, perginya juga ga ketauan, dasar Nyinyaaa” geram Anisa kesal.
“AH! Tugas pak Budi belum selesai lagi. Harusnya tadi ikut Nina nih” Anisa merapihkan tasnya kemudian berlari kecil mengikuti langkah Nina tadi.
Tidak butuh waktu lama, Anisa sudah sampai di perpustakaan. “Nina mana yaa…” kepala Anisa terus celingukan mencari perempuan yang tadi mengenakan kemeja hijau tosca.
Anisa melupakan Nina sejenak, ia harus mencari buku yang akan membantunya menyelesaikan tugas dari pak Budi yang harus dikumpulkan Lusa.
Kepalanya celingukan mencari Nina sambil tangannya terus berusaha meraih buku yang terletak di rak paling atas. Susah, sulit, dan...
”aduh.. Tinggi banget sih naronya” Anisa mencibir kesal. Karna ia sudah ber-jinjit setinggi mungkin namun hasilnya tetap nihil, ia belum bisa meraih buku itu.
”kalau minta tolong mungkin aku bisa menolongmu” tau-tau seorang tangan sedikit kekar meraih buku itu. ”gampang banget deh...” Anisa melongo melihat buku itu sudah berada dihadapannya. Anisa tersenyum kemudian meraih buku itu.
”makasih ya ka B..Bis.. Bisma...” tiba-tiba suara Anisa terdengar gugup, bahkan sangat gugup. Bisma hanya tersenyum menatap Anisa yang sudah terlihat sangat gugup itu. ”eengg, ada kelas ga?” suara Bisma benar-benar sangat merdu memasuki telinga Anisa. Walaupun telinga kanannya tertutup rambut hitam pekatnya, itu tidak menghalangi suara merdu Bisma masuk ke dalam sana.
Anisa menggeleng cepat. Bisma pun mengangguk kemudian menarik tangan Anisa menuju sebuah meja yang tersedia di perpustakaan itu. ”ngobrol-ngobrol dulu boleh kan?” kata Bisma saat ia sudah berada dihadapannya.
Anisa benar-benar gugup berada dihadapan Bisma, dan kalau ia memegang cermin, ingin sekali rasanya ia menatap wajahnya yang mungkin kini sudah ada seburat merah di pipinya. Anisa mengangguk kecil sambil menunduk. Ia tak kuasa harus menatap mata teduh Bisma, ia terlalu takut untuk itu.
”kenapa sih Nis nunduk aja? Aku kan didepan kamu, bukan dibawah” kata Bisma. Mata Anisa membulat. Ia benar-benar senang bukan main, Bisma menyebut namanya. Walaupun hanya 3 huruf dan kurang 1 huruf. Tapi Anisa rasa itu cukup.
”eh.. Engg.. Itu pulpen aku jatuh. Duh mana yaaa.” kini Anisa berjongkok melihat ke kolong meja sambil mengutuk dirinya sendiri karena sudah berani melakukan tingkah konyol seperti ini. Anisa beberapa kali memukuli keningnya dan mencibir dalam hati.
”ada ga pulpennya? Kenapa malah pukul-pukulin kening kamu? Emang ga sakit?” tau-tau Bisma ikut berjongkok disebelah Anisa. Sontak Anisa terkejut dan ingin segera berdiri saking kagetnya. Tapi tiba-tiba...
DDUUUKK!!!
Kini Anisa mengelusi kepalanya yang terpentok meja. Bodoh, bodoh, bodoh, dumelnya dalam hati. ”aduuhh Nis..” Bisma menuntun tangan Anisa untuk berdiri menghindari meja. ”kamu kenapa sih?” tangan Bisma mengelus lembut kepala Anisa membuat Anisa benar-benar tertegun saat metanya bertemu dengan mata Bisma.
Sebelum dirinya benar-benar terlihat bodoh dihadapan Bisma, dengan cepat ia memasukan buku yang tadi sudah diambilkan oleh Bisma kedalam tas kemudian menyangkutkan tas nya kebahu kanannya. ”ka Bisma maaf ya, aku mau cari Nina dulu. Permisi” dengan cepat Anisa segera berlari meninggalkan Bisma dan mencari Nina.
Sungguh ia benar-benar malu. Saat-saat yang sedari dulu ia tunggu, kini hadir. Tapi Anisa malah membuat semuanya menjadi kacau dan memalukan dirinya sendiri.
***
”kamu kemaren kemana sih Nin? Aku cariin diperpustakaan ga ada, padahal aku mau cerita. Dan ini sangat memalukan!” kata Anisa dengan nada tinggi. Ia kembali menyesal saat mengingat kejadian kemarin di perpustakaan.
”kemarin ya? Kemarin itu aku ketemu ka Rizky, dan aku ga jadi ke perpustakaan” kata Nina dengan wajah sumringah sambil menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa ungu pink.
Anisa memincingkan matanya, menatap heran ke arah Nina yang sepertinya sedang berbunga-bunga. ”Ka Rizky itu ganteng lho. Walaupun tampangnya cool, aslinya kocak banget” kata Nina dengan nada girang. Anisa makin dibuat penasaran oleh sikap Nina yang menurutnya aneh.
”kamu naksir ka Rizky? Yang cuek banget itu? Yang temennya ka Bisma kan?” tanya Anisa lancar sambil menatap Nina yang wajahnya sedang berseri-seri. Nina meletakkan kedua tangan yang sudah ia satukan kesamping rahangnya dan tersenyum manis.
”tapi anehnya, beberapa kali dia nanyain kamu Nis” kini tatapan Nina berubah menjadi tatapan menyelidik. Anisa ikut mengkerutkan keningnya. ”ada urusan apa dia nanyain aku?” kata Anisa sambil mencoba berfikir.
Setelah bersusah payah mereka berfikir namun mereka tak mendapatkan jawabannya, akhirnya Anisa menjatuhkan tubuhnya ke kasur. ”mungkin karena udah terlalu malem kali. Jadi ga bisa dipake mikir” kata Anisa sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
Nina hanya mengangkat kedua bahunya. ”btw, tadi kamu mau cerita apa Nis?” tanya Nina. Dengan cepat Anisa duduk bersila lagi dihadapannya, meraih boneka bantal milik Nina dan meletakan dipangkuannya.
”tadi itu aku ke perpus, mau cari buku untuk tugas pak Budi sekalian cari kamu juga. Tapi tiba-tiba ka Bisma dateng, terus dia ngajak aku duduk berdua. Duh deg-deg an banget Nin. Aku bingung harus ngapain. Pokoknya kemarin itu bener-bener memalukan banget! Ketangkep ka Bisma lagi mukul-mukul kepala, terus pas mau bangun malah kepentok meja, duh malu-malu in deh pokoknya. Ih ih ih” Anisa bergidik ngeri saat ia kembali membayangkan dirinya yang melakukan hal konyol sekaligus memalukan itu.
Yang mendengarkan cerita Anisa hanya cekikikan membayangkan wajah Anisa saat itu. ”aku yakin pasti muka kamu itu gak ke kontrol banget deh. Jelek banget pasti. Hahahaha, aneh sih kamu” kata Nina sambil sesekali menyelipkan rambutnya kebelakang telinganya.
Anisa memanyunkan bibirnya, ia kesal dengan tanggapan Nina yang hanya menertawainya. ”ketawa aja yang puas Nin ketawa gapapa kok. Gapapa ketawain aku aja” Anisa mencibir tanpa menatap Nina. Ia kesal sekali kalau Nina sedang meledeknya seperti ini.
”kamu pasti rasain kok kalau lagi dideket ka Rizky, deg-deg an banget. Susah kontrol diri tauk!” Anisa benar-benar kesal. Ia segera membaringkan tubuhnya kemudian memunggungi Nina dan menyelimuti seluruh tubuhnya sekaligus menutup telinganya agar ia tidak mendengar tawa Nina lagi.
”aku ga akan sebodoh kamu Nis”
***
”Anisa...” tiba-tiba seorang laki-laki memanggil Anisa yang sedang berjalan menelusuri koridor kampusnya. Anisa segera menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke sumber suara. ”lho? Ka Rizky.. Kenapa ka?” tanya Anisa saat laki-laki itu sudah berada dihadapannya. Rizky, Rizky Alatas salah satu teman dekat Bisma.
”mau kemana Nis?” tanya Rizky. Suaranya lembut, bahkan sangat lembut. Anisa sedikit tercengang mendengar penuturan Rizky. ”eeengg, ke Kantin kak” jawab Anisa dibuat se ramah mungkin.
”kantin? Yaudah bareng aja yuk...” tau-tau lengan Anisa sudah digenggam oleh Rizky dan menariknya menuju kantin. Anisa hanya melongo saat tangannya sudah ditarik oleh Rizky.
”ternyata kakak orangnya nyenengin banget ya...” kata Anisa sambil menyeruput es teh manis yang ia pesan tadi. Kedua alis Rizky hampir menyatu saat mendengar ucapan Anisa. ”aku emang orangnya kaya gini kok” jawab Rizky seadanya sambil tersenyum.
”kakak kan kalau lagi diem aja tuh tampangnya cuek gitu, judes. Tapi ternyata nyenengin banget” kata Anisa dengan nada senang.
Rizky tersenyum menatap Anisa yang sedang cengengesan. ”makanya kalau menilai seseorang jangan dari luarnya aja” kata Rizky lagi. Anisa hanya mengangguk-angguk paham.
”Nina mana ya?” tanya Rizky kemudian sambil menatap Anisa. Anisa tersenyum lebar, senyumannya mengandung banyak arti, senyuman jahil. ”kakak naksir Nina juga ya? Nina juga suka kok sama kakak” kata Anisa cepat. Ia ingin sekali memberitahu ke Nina, kalau ternyata pujaan hatinya ini juga menyukainya.
Rizky menggeleng kemudian menatap Anisa. ”bukan, bukan aku yang suka sama Nina. Tapi Bisma” jawab Rizky santai.
HAH?? Senyum Anisa pudar begitu saja. Bisma sukanya sama Nina? Lalu kode-kode selama ini apa maksudnya?
Tak terasa genangan air mata sudah memaksa ingin keluar, dengan cepat Anisa berdiri. ”maaf kak aku duluan ya...” Anisa segera berlari meninggalkan kantin dan Rizky. Rizky hanya menatap heran ke arah punggung Anisa yang sedang berlari kecil.
”lho.. Nis..” Rizky ikut berdiri berusaha memanggil Anisa lagi.
***
Anisa masih sibuk menangis di salah satu meja di perpustakaan, kini ia memilih meja yang sedikit terpojok.
Selama ini perhatian Bisma padanya, kode-kode yang pernah ia sampaikan ternyata semua hanya kepura-puraan. ”ataaauu dia deketin aku karna mau deketin Nina?” tanya Anisa pada diri sendiri.
Air mata Anisa semakin deras saat ia melihat Nina memasuki perpustakaan bersama...
”Ka Bisma...” ucapnya kemudian menghapus air matanya. Sebelum Nina dan Bisma datang menghampirinya dan melihat air matanya. Sudah susah payah ia menghapus air matanya namun tetap saja air mata itu jatuh membasahi pipinya.
”kenapa mesti kesel sih liat mereka? Apa istimewanya Nina daripada aku. Ini juga air mata kenapa mesti keluar sih, kenapa mesti nangis” Anisa meninggikan suaranya kemudian menghentak-hentakan kakinya dengan kesal sambil terus menatap Nina dan Bisma yang sedang mengobrol dengan akrab.
”ternyata bener ya kata Bisma, kamu itu cewe aneh. Ngapain coba kaki nya dihentak-hentakin gitu. Emang ga sakit?” dengan cepat Anisa menoleh ke sumber suara. Anisa kembali mendudukan bokongnya dan memanyunkan bibirnya. Kenapa teman Bisma juga harus meledeknya.
”emang ka Bisma cerita apa sama kakak?” tanya Anisa sambil bibirnya tetap mengkerucut. Rizky tersenyum kemudian ikut duduk disamping Anisa. ”cerita waktu kalian ketemu di perpustakaan itu lho. Pas kamu pukul-pukul kepala sama kepentok meja. Aku bayangin pasti muka kamu lucu banget deh” jawab Rizky sambil tertawa kecil.
Lagi dan lagi bibir Anisa manyun lebih panjang dari sebelumnya. ”Huh ga kakak ga Nina sama aja hobi nya ngeledek aku. Jodoh kali” ucap Anisa asal. Rizky mengkerutkan keningnya.
”aku jodoh sama Nina? Enggak ah, aku maunya jodoh sama kamu. Nina biar sama Bisma aja” ucap Rizky kemudian sambil tersenyum.
UUHHUUKKK!!
Tiba-tiba Anisa batuk, padahal ia tidak makan atau minum apapun. ”Nis kamu baik-baik aja kan?” tangan Rizky menyentuh lembut pundak Anisa. Anisa menggeleng kecil sambil tetap terbatuk-batuk kecil. ”kebanyakan makan es krim mungkin ya” kata Anisa seadanya.
Anisa tersentak karena ucapan Rizky, yang pertama soal Rizky dengan dirinya saja dan Nina dengan Bisma. Jadi maksudnya Rizky menyukai Anisa, sedangkan Bisma menyukai Nina.
Rizky menggenggam kuat lengan Anisa, kemudian menarik cepat menuju meja Nina dan Bisma kemudian melepaskannya. ”Nis kamu kenapa? Matanya kaya abis nangis” tanya Nina langsung berdiri dan memegang pipi Anisa. Anisa menatap Rizky bingung, sedangkan Rizky dia hanya memasang wajah coolnya.
”Anisa nangisin lo tuh Bis, nangisin lo karna lo sukanya sama Nina bukan sama dia” ucapan Rizky berhasil membuat Anisa membulatkan matanya, begitupun Nina. Nina segera menatap Bisma, meminta penjelasan atas ucapan Rizky barusan.
”bener kayak gitu ka?”
Bisma mengangguk cepat. ”iya Nin aku sukanya sama kamu. Dan Rizky, orang yang kamu suka. Dia sukanya sama sahabat kamu. Rizky suka sama Nina” ucap Bisma kemudian. Kini tatapan Nina berpindah ke Rizky kemudian ke Anisa. Terlihat jelas Anisa masih berusaha menahan tangisnya. ”Nis...” Nina mencoba untuk mengelus pundak Anisa, tapi dengan cepat Anisa malah pergi meninggalkan Nina, Bisma, dan Rizky.
”puas Bis? Puas bikin Anisa nangis? Lo tuh ga berubah ya” Rizky menghardik kearah Bisma. Ia benar-benar kesal dengan sikap Bisma yang sedari dulu belum berubah. Bisma tau bahwa Anisa memang menyukainya, tapi dengan mudahnya ia mengucapkan dihadapan Anisa bahwa ia menyukai Nina. Laki-laki macam apa itu?
Rizky pun ikut pergi meninggalkan Nina dan Bisma yang masih terbengong-bengong. ”kenapa mesti ngomong didepan Anisa sih kak? Anisa itu suka banget sama kakak, apa kakak gak bisa hargain dia?” tanya Nina dengan suara lemahnya. Ia bingung harus bersikap seperti apa. Semuanya sama-sama tidak bisa ia terima. Ia tidak terima kalau Bisma menyukainya, karna itu akan menyakiti Anisa. Dan ia juga tidak terima kalau ternyata Rizky menyukai Anisa.
”maafin aku Nin. Aku emang lebih menyukai kamu daripada Anisa. Jujur dia emang baik banget sama aku. Dan dia udah aku anggap seperti adik aku sendiri. Tapi kamu, aku rasa kamu special” kata Bisma kemudian. Nina menggeleng kemudian pergi meninggalkan Bisma sendirian.
***
”Anisa... Anisa...” kini tangan Anisa sudah berhasil diraih oleh seorang laki-laki. Dengan cepat Anisa menoleh kearah laki-laki itu yang ternyat Bisma.
Anisa menghempaskan kasar tangan Bisma kemudian menatapnya tajam. ”kakak mau apa lagi?” tanyanya dengan nada sinis sambil pandangannya ia alihkan kesembarang arah.
”Nis...” Nina mengelus pundak Anisa, menyuruh Anisa untuk tetap sabar. Iya, kini Anisa sedang bersama Nina dan Bisma bersama Rizky.
”aku minta maaf Nis sam kamu, aku itu udah anggep kamu kaya ade aku sendiri” kata Bisma sambil tangannya berusaha meraih tangan Anisa. Anisa tetap saja menolak. ”tapi kenapa harus sukanya sama Nina kak? Kenapa harus sama sahabat aku?” tanya Anisa dengan nada tinggi.
”iya aku minta maaf ya, kan ga mungkin aku sayangi kamu sedangkan sahabat aku juga sayang sama kamu” kata Bisma lagi sambil menatap Rizky yang berada disampingnya dengan gaya kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung celananya.
”aku ga pernah minta ka Rizky buat suka sama aku kak. Aku itu maunya kakak bukan ka Rizky” kata Anisa lagi. Bisma hanya mengangguk-angguk paham.
”kalau kamu sayang sama aku. Coba ya buat sayangi Rizky kaya kamu sayang sama aku. Dan biar Nina juga coba sayangi aku” kata Bisma lagi sambil menatap Anisa dan Nina secara bergantian.
Anisa mendelik sinis kearah Nina yang sedang menatapnya sayu. ”kenapa mesti aku dan Nina yang coba sayangi kalian? Kenapa ga kalian aja yang coba sayangi kita?” kata Anisa, kini suaranya terdengar nanar karna air matanya telah mengalir deras di pipi nya.
Bisma dan Rizky saling bertatapan bingung menatap Anisa seperti ini. Anisa yang biasanya ceria dan selalu tersenyum, kini wajahnya dipenuhi air mata.
”Anisa udah Nis...” Nina menyalurkan semangat lagi dengan mengelus pundak Anisa. ”diem kamu Nin” bentak Anisa kemudian berlari begitu saja meninggalkan mereka semua. ”kalian kenapa sih seneng banget bikin Anisa nangis. Aaarrgghh!!” Nina menghentakan kakinya sekali kemudian ikut pergi meninggalkan Bisma dan Rizky yang masih kebingungan.
”tapi bener sih kata Anisa Bis..” ucap Rizky saat Nina benar-benar menghilang. Bisma menatap bingung kearah Rizky. ”maksud lo?”
”kenapa harus mereka yang coba? Kenapa ga gue coba sayangi Nina, dan lo coba sayangi Anisa” ucap Rizky bijak. Bisma terdiam dan berfikir sejenak.
”apa lo ga mau orang yang lo sayang bahagia? kalau gue sih liat senyum Anisa itu udah cukup, karna gue atau bukan, untuk gue atau bukan gue ga peduli, yang penting gue bahagia liat dia bahagia. Apalagi Anisa itu sayangnya sama lo Bis, lo sahabat gue dan gue yakin lo bisa jagain Anisa. Karna gue janji gue juga bakal jagain Nina buat lo” lanjut Rizky sambil menepuk pundak Bisma kemudian berlalu begitu saja.
***
”Anisa.. Aku bener-bener minta maaf, aku sama sekali ga tau kalau ka Bisma ternyata suka sama aku” kata Nina berusaha menjelaskan kepada Anisa bahwa dia memang benar-benar tidak tahu menahu soal ini.
Anisa menoleh ke arah Nina dengan tajam, menghapus sedikit air matanya dengan kasar, menyelipkan rambut yang menutupi wajahnya kebelakang telinga.
GREEPP!!
Tau-tau Anisa sudah memeluk Nina dengan erat. ”aku juga minta maaf Nin. Aku ga tau kalau ka Rizky ternyata suka sama aku” kata Anisa dalam pelukannya. Nina tersenyum kemudian ikut memeluk Anisa sambil mengangguk kecil.
Anisa melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata yang hampir jatuh membasahi pipi Nina. ”jadi kita bakal coba sayangi mereka? Kamu coba sayangi ka Rizky, dan aku ka Bisma?” tanya Nina lembut.
”tapi janji ya ga boleh sakitin ka Bisma..” kata Anisa sambil menyodorkan kelingkingnya. Nina mengangguk kemudian mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Anisa. ”kamu juga ga boleh sakitin ka Rizky ya...” kata Nina sambil tersenyum.
”kalian yakin mau coba sayangi kita?” tanya seorang laki-laki dari belakang Anisa dan Nina. Refleks Anisa dan Nina segera menoleh ke sumber suara. Bisma dan Rizky.
Mereka mengangguk cepat, tapi Bisma malah menggeleng. ”perasaan cewek itu lebih susah. Susah buat melupakan dan susah buat mencoba. Jadi biar kita aja yang coba buat sayangi kalian” lanjut Bisma sambil tersenyum.
Nina dan Anisa saling bertatapan. ”aku yakin kok, Bisma bakal jagain kamu Nis. Aku juga udah janji sama Bisma dan diri aku sendiri buat jagain Nina” ucap Rizky sambil menatap Nina.
Anisa dan Nina tersenyum. ”ini kalian yang minta ya...”
Mereka mengangguk cepat kemudian tersenyum. Anisa dan Nina segera menghamburkan pelukannya ke dua kakak senior yang selalu membuatnya pusing ini.
Akhirnya Anisa mendapatkan apa yang ia mau dan Nina juga mendapatkan apa yang ia mau. Meskipun mereka sadar ini sedikit menyakitkan untuk Bisma dan Rizky, setidak nya mereka tetap senang karena Bisma dan Rizky sendiri yang ingin mencoba menyayangi Anisa dan Nina.
Karena Anisa dan Nina sadar, untuk melupakan orang yang sudah lama dicintai itu adalah hal yang sulit. Tapi Bisma dan Rizky mau mencobanya. Anisa berjanji, ia akan menyayangi Bisma dan juga Rizky seperti Anisa menyayangi Nina, sahabatnya.
END
Subscribe to:
Posts (Atom)